Ilustrasi: Transisi dari Keterbatasan menuju Kelapangan
Dalam susunan mushaf Al-Qur'an, setiap surah menempati posisi yang memiliki makna dan hikmah tersendiri. Bagi mereka yang rutin membaca atau menghafal, urutan surah menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Pertanyaan mengenai surah setelah Ad Dhuha seringkali muncul, dan jawabannya adalah Surah Al-Insyirah (atau sering juga disebut Asy-Syarh).
Surah Ad Dhuha (Surah ke-93) diturunkan pada masa-masa awal kenabian, ketika Rasulullah ﷺ sedang mengalami masa-masa sulit dan jeda wahyu. Surah ini memberikan peneguhan dan janji bahwa akhir dari kesulitan adalah kebaikan. Setelah menerima penghiburan ilahi melalui Ad Dhuha, umat Islam kemudian diperkenalkan dengan kelanjutan pesan penghiburan tersebut, yaitu dalam Surah Al-Insyirah.
Surah Al-Insyirah adalah surah ke-94 dalam Al-Qur'an dan merupakan surah pendek yang sangat membangkitkan semangat. Nama Al-Insyirah sendiri berasal dari kata pertama dalam surah tersebut, yang berarti "kelapangan" atau "kemudahan". Keberadaan surah ini tepat setelah Ad Dhuha bukanlah kebetulan, melainkan sebuah rangkaian narasi tauhid yang sempurna.
Ayat pertama Al-Insyirah secara langsung menjawab kegelisahan yang mungkin masih tersisa setelah masa-masa sulit. Allah ﷻ berfirman: "Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?" Ayat ini adalah penegasan bahwa bantuan ilahi telah datang dan kesulitan telah terangkat. Ini menunjukkan bagaimana Al-Qur'an disusun secara tematis, mengalir dari satu kondisi emosional ke kondisi berikutnya yang lebih baik.
Surah Al-Insyirah terdiri dari delapan ayat yang padat makna. Pesan utamanya adalah bahwa kesulitan atau kesempitan (al-Dhayq) selalu diikuti oleh kelapangan (al-Yusr). Konsep ini diulang dua kali untuk memberikan penekanan yang sangat kuat bagi siapa pun yang sedang menghadapi cobaan.
1. Penghapusan Beban (Ayat 1-3): Allah mengingatkan Rasulullah ﷺ tentang beban berat yang telah diangkat dari pundaknya—beban kenabian yang awalnya terasa mencekik. Ini memberikan pelajaran bahwa setiap orang beriman yang memikul tanggung jawab besar akan mendapatkan keringanan dari Allah.
2. Kelapangan dan Keseimbangan (Ayat 5-6): Pengulangan ayat "Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan" adalah inti dari surah ini. Dalam pandangan Islam, kesulitan dan kemudahan tidak eksis secara terpisah, melainkan selalu berdampingan dalam kehidupan seorang hamba. Ketika kesulitan mencapai puncaknya, maka pintu kemudahan dari Allah sudah pasti terbuka.
3. Anjuran untuk Fokus Beribadah (Ayat 7-8): Setelah menerima janji kelapangan, konsekuensi logisnya adalah peningkatan ibadah. Surah ini ditutup dengan perintah agar ketika selesai dari satu urusan (kesulitan), hendaknya seorang Muslim segera fokus kepada urusan ibadah lainnya (doa dan mendekat kepada Allah). Ini mengajarkan kita untuk tidak berdiam diri dalam zona nyaman setelah pertolongan datang, melainkan segera bersyukur melalui ketaatan.
Penempatan Surah Al-Insyirah setelah Ad Dhuha memperkuat narasi transisi dari kegelapan menuju cahaya. Ad Dhuha menenangkan jiwa yang khawatir akan terabaikan, sementara Al-Insyirah memberikan optimisme struktural bahwa kesulitan adalah siklus sementara yang pasti diikuti oleh kemudahan. Kedua surah ini sering disebut sebagai "Surah Penghibur" bagi Nabi Muhammad ﷺ dan umatnya.
Bagi seorang Muslim yang sedang mengalami kesulitan finansial, masalah keluarga, atau tekanan pekerjaan, membaca kedua surah ini secara berurutan dapat memberikan suntikan spiritual yang mendalam. Mereka berfungsi sebagai pengingat konstan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya dalam kesendirian. Jika kita merasa dada sesak (seperti yang digambarkan dalam Al-Insyirah), kita harus mengingat bahwa Allah telah menjanjikan kelapangan.
Kesimpulannya, surah setelah Ad Dhuha adalah Al-Insyirah, sebuah surah yang mengajarkan resiliensi spiritual. Ia adalah janji Allah bahwa setiap kesulitan akan digantikan oleh kemudahan, asalkan kita terus teguh dalam mengingat dan beribadah kepada-Nya. Memahami urutan ini membantu kita melihat Al-Qur'an bukan hanya sebagai kumpulan ayat, tetapi sebagai peta jalan emosional dan spiritual yang terstruktur dengan indah.