Frasa "Surah Qul-Qul" sering kali merujuk pada surat-surat pendek dalam Al-Qur'an yang dimulai dengan perintah "Qul" (Katakanlah). Meskipun tidak merujuk pada satu surah tunggal dengan nama tersebut, komunitas Muslim umumnya memahami ini sebagai koleksi ayat-ayat yang mengandung perintah ilahi untuk menyampaikan suatu pesan. Empat surah utama yang paling sering dikaitkan dengan perintah "Qul" adalah Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Keempat surah ini sering disebut sebagai Al-Mu'awwidzatain (dua pelindung) atau digabungkan dengan Al-Ikhlas menjadi tiga pelindung, yang memiliki kedudukan sangat istimewa dalam amalan sehari-hari umat Islam.
Ilustrasi pesan ketuhanan dan perlindungan.
Surah Al-Kafirun (Surah ke-109) adalah penegasan tegas mengenai perbedaan mendasar antara akidah Islam dan kekufuran. Perintah "Qul" di ayat pertama ("Katakanlah: Hai orang-orang kafir") adalah instruksi langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyatakan sikap final dan tanpa kompromi mengenai ibadah. Surah ini mengajarkan prinsip fundamental bahwa urusan ibadah tidak boleh dicampuradukkan dengan prinsip-prinsip yang bertentangan dengan tauhid. Kalimat penutupnya, "Lakum dinukum waliya din" (Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku), menjadi landasan toleransi dalam ranah sosial, namun sangat tegas dalam ranah akidah.
Surah Al-Ikhlas (Surah ke-112) sering dijuluki sepertiga Al-Qur'an karena padatnya makna tauhid di dalamnya. Perintah "Qul" pada surah ini (ayat 1) mengajak Nabi—dan seluruh umat—untuk mendefinisikan hakikat Allah. Allah tidak terdefinisikan oleh akal makhluk-Nya, melainkan hanya melalui sifat-sifat yang Dia tetapkan untuk diri-Nya sendiri: Allah itu Esa (Ahad), tempat bergantung segala sesuatu (Ash-Shamad), tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada satupun yang setara dengan-Nya. Ini adalah manifesto tauhid yang paling murni dan fundamental.
Dua surah terakhir, Al-Falaq (Surah ke-113) dan An-Nas (Surah ke-114), keduanya dimulai dengan perintah "Qul" (Katakanlah). Kedua surah ini merupakan permohonan perlindungan total kepada Allah dari segala kejahatan yang tampak maupun tersembunyi.
Dalam Al-Falaq, kita diminta memohon perlindungan dari Tuhannya waktu Subuh (Falaq), yang meliputi bahaya makhluk-makhluk-Nya, kegelapan malam, tiupan dari tukang sihir, dan kedengkian orang yang dengki. Ini adalah perlindungan dari ancaman eksternal yang bersifat fisik dan metafisik.
Sementara itu, An-Nas secara spesifik memerintahkan perlindungan dari kejahatan yang paling sulit dilawan: bisikan was-was dari jin dan manusia. Dengan memohon kepada "Raja (Malik) manusia," "Penyembah (Ilah) manusia," dan "Pelindung (Rabb) manusia," kita mengakui otoritas tunggal Allah atas fitnah internal yang menyerang hati dan pikiran kita. Kombinasi dari keempat surah "Qul" ini membentuk benteng spiritual yang sangat kuat bagi seorang Muslim.
Membaca surah-surah yang diawali dengan "Qul" ini bukan sekadar ritual tanpa makna. Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan pembacaannya setelah salat, sebelum tidur, dan sebagai ruqyah (penyembuhan spiritual). Mengucapkan "Qul" adalah tindakan aktif, bukan penerimaan pasif. Ini adalah respons sadar kita terhadap wahyu ilahi. Setiap kali kita membaca "Katakanlah," kita menegaskan kembali komitmen kita pada ajaran yang dibawa oleh pesan-pesan tersebut: keesaan mutlak, batasan akidah yang jelas, dan ketergantungan penuh pada perlindungan Allah dari segala bentuk keburukan.
Keempat surah ini, meskipun pendek, mengandung inti ajaran Islam: pengenalan hakikat Tuhan, penegasan batas akidah, dan permohonan perlindungan mutlak. Oleh karena itu, ketika kita merujuk pada "Surah Qul-Qul," kita merujuk pada pilar-pilar fundamental iman yang harus selalu dihidupi dan diucapkan oleh setiap Muslim dalam menghadapi dinamika kehidupan duniawi.