Surah Al-Qadr (Kepadanya) adalah surat ke-97 dalam Al-Qur'an, yang secara khusus membahas keutamaan malam Lailatul Qadar. Ayat kelima dari surah ini menutup rangkaian penjelasan tentang malam yang lebih mulia dari seribu bulan tersebut.
Terjemahan: "Malam itu penuh kesejahteraan (keselamatan) hingga terbit fajar."
Ayat kelima ini merupakan penutup yang indah dan penuh harapan. Kata kunci dalam ayat ini adalah "salām" (سَلَامٌ) yang berarti damai, sejahtera, atau keselamatan. Ini menegaskan bahwa Lailatul Qadar bukanlah malam yang penuh kegelisahan atau bahaya, melainkan malam yang diselimuti ketenangan ilahi.
Para ulama menafsirkan makna "salām" ini dalam beberapa dimensi. Pertama, sebagai malam di mana para malaikat turun ke bumi membawa kedamaian bagi orang-orang yang beribadah, memberikan ketenangan jiwa dan rahmat dari Allah SWT. Tidak ada pertikaian, tidak ada keburukan, hanya suasana yang kondusif untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Kedua, keselamatan juga merujuk pada pengampunan dosa. Mereka yang menghidupkan malam ini dengan ibadah yang tulus dijanjikan pengampunan atas dosa-dosa mereka yang telah lalu. Ini adalah keselamatan spiritual yang paling dicari oleh setiap Muslim.
Ayat surah qadr ayat 5 ini juga memberikan batas waktu yang jelas untuk keutamaan malam tersebut: "hattā maṭlaʿi l-fajr" (حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ), yaitu sampai terbit fajar shubuh.
Fajar shubuh menandai berakhirnya malam dan dimulainya hari baru. Seluruh malam Lailatul Qadar, dari terbenamnya matahari hingga terbit fajar, adalah waktu di mana keberkahan dan kedamaian itu dicurahkan. Penting bagi umat Islam untuk memanfaatkan setiap detiknya, mengisinya dengan shalat malam (tahajjud), membaca Al-Qur'an, berzikir, dan memohon ampunan. Setelah fajar terbit, kesempatan emas ini berakhir, dan umat harus beralih kepada ibadah fardhu subuh dan aktivitas duniawi dengan hati yang telah diperbaharui.
Makna "salām" juga menyiratkan bahwa segala bentuk gangguan, baik dari jin, setan, maupun bisikan buruk dalam diri, ditarik sementara waktu selama malam tersebut. Hal ini memungkinkan konsentrasi penuh dalam mendekatkan diri kepada Allah. Malam itu adalah waktu di mana doa-doa lebih mungkin dikabulkan karena keberkahan dan ketenangan yang melingkupinya.
Penekanan pada durasi "hingga terbit fajar" mengajarkan kita tentang disiplin spiritual. Kedamaian yang diberikan Allah tidak bersifat abadi dalam konteks malam hari; ia memiliki batas waktu yang harus disikapi dengan kesungguhan. Ini adalah ujian agar kita tidak terlena dan tetap waspada dalam menjalankan ketaatan, bahkan ketika kita merasakan puncak kedamaian spiritual.
Secara keseluruhan, surah qadr ayat 5 menegaskan janji Allah bahwa malam Lailatul Qadar adalah karunia berupa ketenangan jiwa, rahmat, dan ampunan, yang berlangsung penuh hingga batas waktu fajar menyingsing. Memahami ayat ini mendorong kita untuk menghormati waktu dan mengejar keberkahan malam yang agung ini setiap tahunnya, dengan harapan kita termasuk golongan yang meraih "salām" tersebut.