Al-Qur'anul Karim terdiri dari 114 surah, masing-masing membawa pesan universal dan hikmah mendalam. Di antara surah-surah yang sering menjadi perenungan adalah Surah As Syam (Matahari) dan Surah Al Lail (Malam). Kedua surah pendek namun padat ini mengajak kita merenungkan siklus alam semesta ciptaan Allah SWT sebagai bukti kebesaran-Nya, sekaligus memberikan pedoman moral tentang pertanggungjawaban manusia atas pilihan hidupnya.
Surah As Syam: Sumpah atas Keagungan Alam Semesta
Surah As Syam, yang berarti Matahari, dibuka dengan serangkaian sumpah Allah SWT menggunakan fenomena alam yang luar biasa. Dimulai dengan sumpah demi matahari dan cahayanya di pagi hari, kemudian bulan ketika mengikutinya, siang ketika menampakkannya, malam ketika menutupinya, langit dan Dzat yang membangunnya, bumi dan Dzat yang menghamparkannya, serta jiwa dan Dzat yang menyempurnakannya dalam bentuknya.
Pelajaran dari Sumpah Alam
Pembukaan As Syam bukanlah sekadar pemandangan indah, melainkan penekanan kuat bahwa segala sesuatu yang besar dan teratur di alam raya ini menjadi saksi atas keesaan Allah. Setiap fenomena memiliki fungsi spesifik dan berjalan sesuai hukum yang ditetapkan. Sumpah-sumpah ini berfungsi sebagai landasan bagi pesan utama surah ini, yaitu tentang keberuntungan (falah) dan kerugian (khaasirah) yang dialami manusia.
Allah SWT kemudian melanjutkan dengan kisah kaum Tsamud yang durhaka karena menyembelih unta betina yang menjadi tanda keesaan Allah. Ayat-ayat ini mengingatkan bahwa meskipun manusia diberikan potensi spiritual tertinggi, mereka dapat tergelincir menuju kehancuran jika menyalahi fitrah dan menolak petunjuk ilahi. Keberuntungan sejati hanya diraih oleh jiwa yang mensucikan dirinya (qad aflaha man zakkaha), sementara kerugian menimpa jiwa yang mengotorinya (wa qad khaaba man dassaha).
Surah Al Lail: Kontras Malam dan Pilihan Hidup
Berpindah ke Surah Al Lail (Malam), kita dipertemukan dengan kontras antara kegelapan malam yang menyelimuti dan cahaya siang yang menerangi. Sama seperti As Syam, Al Lail juga dimulai dengan sumpah demi siang dan malam, menegaskan bahwa pergantian keduanya adalah bukti kebesaran dan kekuasaan Sang Pencipta.
Perjuangan Antara Kikir dan Kedermawanan
Inti dari Surah Al Lail berfokus pada dua tipe perilaku manusia dalam merespons rezeki yang diberikan Allah: kikir (bakhil) dan kedermawanan (infaq). Ayat-ayatnya mengajukan pertanyaan retoris: “Maka adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah lalu bertakwa, dan membenarkan adanya Al Husna (pahala yang terbaik), maka Kami kelak akan memudahkan baginya jalan yang mudah (menuju kebahagiaan).”
Sebaliknya, bagi mereka yang kikir dan merasa cukup dengan hartanya, serta mendustakan ajaran kebaikan, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju kesengsaraan. Surah ini dengan tegas menyatakan bahwa harta yang dikeluarkan di jalan Allah akan membersihkan jiwa pemiliknya dan menjadi penolongnya di akhirat. Ini adalah pelajaran penting tentang prioritas: duniawi versus ukhrawi.
Keterkaitan Spiritual Dua Surah
Meskipun berbeda fokus utama, Surah As Syam dan Al Lail memiliki benang merah yang kuat: pertanggungjawaban individual di hadapan Allah SWT berdasarkan tindakan yang dilakukan saat menjalani kehidupan di dunia. As Syam menyoroti hasil akhir (falah atau khaasirah) dari upaya pensucian diri, sementara Al Lail memberikan contoh konkret tentang bagaimana upaya tersebut diwujudkan melalui kedermawanan dan ketakwaan.
Siklus alam (matahari, bulan, siang, malam) yang disumpahkan di kedua surah berfungsi sebagai pengingat konstan bahwa kehidupan ini memiliki batas waktu dan ritme yang pasti. Tidak ada yang abadi di dunia ini, oleh karena itu, memanfaatkan waktu yang diberikan—baik saat terang benderang (siang/As Syam) maupun saat hening merenung (malam/Al Lail)—untuk berbuat kebajikan adalah kunci utama. Membaca dan mentadabburi Surah As Syam dan Al Lail secara bersamaan memberikan perspektif utuh tentang bagaimana keagungan ciptaan Allah seharusnya mengantarkan manusia pada kesadaran moral untuk menjadi hamba yang mensucikan jiwanya dan dermawan hartanya.