Ilustrasi visual terkait pembukaan Al-Fatihah
Setiap Muslim yang memulai membaca Al-Qur'an, terutama saat memulai salah satu surah terpenting, selalu diawali dengan lafaz yang penuh berkah: "Bismillāhirraḥmānirraḥīm" (بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ). Namun, jika kita merujuk langsung pada teks resmi mushaf dan penomoran ayat, pertanyaan mengenai surah alfatihah dimulai dengan kata apa menjadi sangat menarik untuk dijawab secara spesifik.
Secara teknis, surah Al-Fatihah, yang merupakan Ummul Kitab (Induk Al-Qur'an) dan sering disebut sebagai shalat itu sendiri, dimulai dengan lafaz "Alḥamdu" (ٱلْحَمْدُ) pada ayat pertamanya. Namun, ayat pembuka yang selalu dibaca sebelum ayat pertama resmi adalah "Bismillāhirraḥmānirraḥīm". Mayoritas ulama menetapkan bahwa "Bismillāh" bukanlah bagian dari ayat pertama Al-Fatihah, melainkan sebuah ayat pembuka independen yang menghubungkan semua surah, kecuali Surah At-Taubah.
Lafaz ini secara harfiah berarti "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." Kalimat ini adalah kunci pembuka rezeki spiritual dan spiritualitas dalam Islam.
Setelah mengucapkan "Bismillāh", pembacaan ayat pertama Al-Fatihah dimulai. Jadi, jika pertanyaannya adalah surah alfatihah dimulai dengan kata apa (merujuk pada ayat yang diberi nomor), jawabannya adalah "Alḥamdu" (ٱلْحَمْدُ).
Ayat pertama adalah: ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ (Al-ḥamdu lillāhi Rabbi l-ʿālamīn), yang artinya "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam." Kata "Alḥamdu" ini mengandung makna pujian, syukur, dan pengakuan mutlak bahwa segala kebaikan berasal dari Allah SWT.
Penting untuk membedakan fungsi "Bismillāh" dan ayat pertama. Dalam konteks shalat, mengikuti mazhab Syafi'i, misalnya, membaca "Bismillāh" dengan suara keras atau pelan sebelum Al-Fatihah adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat ditekankan) karena ia adalah bagian dari 'pembuka' amalan. Sementara itu, ayat pertama (Alḥamdu) adalah rukun shalat itu sendiri. Jika seseorang melupakan "Bismillāh" tetapi membaca "Alḥamdu", shalatnya tetap sah menurut pandangan ini, namun kehilangan kesempurnaan sunnahnya.
Mengapa Islam sangat menekankan pembukaan dengan nama Allah? Setiap perbuatan, baik itu makan, minum, memulai perjalanan, atau membaca Al-Qur'an, dianjurkan diawali dengan "Bismillāh". Ini adalah bentuk pengakuan bahwa kekuatan dan keberkahan tidak datang dari usaha kita semata, melainkan dari izin dan pertolongan-Nya.
Ketika Al-Fatihah dimulai dengan "Alḥamdu lillāhi", itu menegaskan bahwa inti dari ibadah kita adalah pengakuan total terhadap keesaan dan keutamaan Allah sebagai Rabbul 'Alamin (Tuhan seluruh alam). Kata "Alḥamdu" mencakup rasa syukur atas nikmat keberadaan, nikmat iman, dan nikmat petunjuk yang diberikan melalui Al-Qur'an.
Perdebatan klasik mengenai apakah "Bismillāh" termasuk ayat Al-Fatihah atau bukan telah menghasilkan beberapa pandangan utama di antara madzhab fiqih:
Kesimpulannya, baik kita menanyakan surah alfatihah dimulai dengan kata "Bismillāh" (sebagai pembuka universal) atau "Alḥamdu" (sebagai ayat resmi pertama), keduanya mengarah pada pengagungan Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Memahami konteks ini membantu seorang Muslim melaksanakan ibadahnya dengan kekhusyukan yang lebih mendalam.
Setelah menetapkan kata pembuka, pemahaman terhadap tujuh ayat berikutnya menjadi krusial. Al-Fatihah adalah kompendium ajaran tauhid. Setelah memuji Allah ("Alḥamdu lillāhi"), kita menyatakan ketulusan ibadah ("Iyyāka na‘budu"), kemudian memohon bimbingan ("Ihdināṣ-ṣirāṭal-mustaqīm"). Setiap kata dalam surah ini dirancang secara presisi untuk membangun jembatan spiritual antara hamba dan Penciptanya.
Oleh karena itu, fokus pada pengucapan yang benar dan pemahaman makna dari setiap kata, dimulai dari "Alḥamdu", memastikan bahwa ibadah shalat kita benar-benar memenuhi tujuannya sebagai komunikasi langsung dengan Sang Khalik.