Fokus Pada Surah Al Kahfi Ayat 98

Pendahuluan Mengenai Surah Al Kahfi

Surah Al Kahfi adalah salah satu surah terpanjang dalam Al-Qur'an yang sarat akan makna dan pelajaran hidup. Surah ini seringkali dibaca oleh umat Islam, terutama pada hari Jumat, karena memiliki keutamaan yang besar, termasuk melindungi dari fitnah Dajjal. Di antara ayat-ayatnya yang mendalam, terdapat Surat Al Kahfi ayat 98, yang memberikan peringatan penting mengenai akhir dari kehidupan duniawi dan akhirat yang menanti. Memahami ayat ini adalah kunci untuk merefleksikan tujuan hidup kita sebagai hamba Allah.

Ayat ini berbicara tentang akhir dari kehidupan bersama Ya'juj dan Ma'juj, sebuah peristiwa besar menjelang hari kiamat. Namun, makna yang lebih luas dan relevan bagi kehidupan kita sehari-hari adalah pelajaran tentang keabadian akhirat dibandingkan kefanaan dunia.

Pelajaran Al-Kahfi

Ilustrasi Ayat Al-Kahfi

Teks Surah Al Kahfi Ayat 98

وَعُرِضُوا عَلَىٰ رَبِّكَ صَفًّا لَّقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّن نَّجْعَلَ لَكُم مَّوْعِدًا

Terjemahan (Kementerian Agama RI): "Dan (pada hari itu) diperlihatkan kepada Tuhanmu barisan mereka (pada hari penghisaban), lalu (dikatakan kepada mereka): "Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sebagaimana Kami telah menciptakan kamu pada pertama kali; bahkan kamu mengira bahwa Kami sekali-kali tidak akan menentukan suatu waktu (untuk bertemu) bagi kamu."

Konteks dan Penjelasan Ayat

Ayat 98 dari Surah Al Kahfi ini berfokus pada gambaran hari kiamat, khususnya saat semua makhluk dihisab di hadapan Allah SWT. Ayat ini merupakan kelanjutan dari pembahasan mengenai kehancuran Ya'juj dan Ma'juj, seolah-olah ayat ini menunjukkan bahwa setelah semua peristiwa besar itu selesai, tibalah momen penghitungan amal.

Frasa kunci dalam ayat ini adalah "Diperlihatkan kepada Tuhanmu barisan mereka (pada hari penghisaban)". Ini menegaskan tentang keadilan dan pengawasan mutlak Allah. Setiap individu, dari yang paling awal hingga yang terakhir, akan berdiri tegak lurus (saf fan saf) di hadapan Yang Maha Kuasa. Tidak ada yang bisa bersembunyi atau berkelit dari pertanggungjawaban.

Lalu, muncul penegasan ilahi: "Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sebagaimana Kami telah menciptakan kamu pada pertama kali." Ini adalah pengingat fundamental tentang penciptaan. Allah memanggil kembali manusia dalam keadaan 'fitrah' atau keadaan awal penciptaan mereka, menunjukkan bahwa segala atribut duniawi, kekayaan, dan kekuasaan akan sirna. Yang tersisa hanyalah ruh dan pertanggungjawaban atas perbuatannya di dunia.

Poin kedua yang sangat menusuk adalah celaan kepada mereka yang mengingkari hari kebangkitan: "Bahkan kamu mengira bahwa Kami sekali-kali tidak akan menentukan suatu waktu (untuk bertemu) bagi kamu." Banyak orang di dunia ini hidup seolah-olah kematian adalah akhir dari segalanya. Mereka menolak konsep adanya perhitungan dan balasan abadi. Ayat ini membantah total anggapan tersebut, menegaskan bahwa janji Allah untuk membangkitkan dan menghisab adalah pasti dan memiliki waktu yang telah ditetapkan.

Pelajaran Praktis dalam Kehidupan Sehari-hari

Meskipun ayat 98 Surah Al Kahfi berbicara tentang peristiwa akhir zaman, implikasinya sangat relevan untuk menjalani hidup saat ini. Ayat ini berfungsi sebagai cermin yang memantulkan bagaimana kita memperlakukan waktu yang diberikan Allah.

  1. Kesadaran akan Pertanggungjawaban (Taqwa): Mengetahui bahwa kita pasti akan berdiri sendirian di hadapan Allah seharusnya mendorong kita untuk senantiasa berhati-hati dalam setiap tindakan, ucapan, dan niat. Ketika kita merasa ingin melakukan keburukan, mengingat posisi "berbaris lurus" di hadapan-Nya dapat menjadi benteng pencegah.
  2. Penghargaan terhadap Waktu Dunia: Jika hari kebangkitan adalah pertemuan yang pasti, maka masa hidup di dunia ini menjadi sangat singkat—seperti jeda sebelum pertemuan besar. Ini mengajarkan kita untuk tidak terbuai oleh kesenangan dunia yang fana dan lebih fokus pada persiapan amal jariyah dan perbaikan diri.
  3. Kebenaran Penciptaan: Pengingat bahwa kita kembali seperti saat pertama diciptakan menyoroti bahwa segala bentuk kesombongan yang dibangun di dunia (kekayaan, status sosial) tidak akan berguna. Nilai sejati manusia terletak pada iman dan amal salehnya.
  4. Menolak Keraguan Hari Kebangkitan: Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa menganggap remeh atau menolak adanya hisab adalah sebuah kesalahan fatal. Seorang Muslim harus memegang teguh keyakinan akan Yaumul Hisab sebagai pilar utama imannya.

Oleh karena itu, Surah Al Kahfi ayat 98 bukan hanya sekadar narasi tentang masa depan yang jauh, tetapi juga sebuah panggilan mendesak untuk introspeksi saat ini. Apakah persiapan kita sudah cukup untuk menghadapi barisan penghisaban tersebut?

🏠 Homepage