Surah Al-Kahfi, yang berarti "Gua," adalah salah satu surah penting dalam Al-Qur'an yang sering dianjurkan untuk dibaca setiap hari Jumat. Surah ini sarat dengan pelajaran berharga mengenai keimanan, ujian dunia, serta pentingnya bersandar kepada Allah SWT. Di antara ayat-ayatnya yang penuh hikmah, terdapat satu ayat yang menyoroti kontras antara kebenaran ilahi dan klaim yang dibuat oleh orang-orang yang ingkar atau sesat.
Surah Al-Kahfi ayat 95 secara spesifik berbicara tentang kebenaran janji dan ketetapan Allah dibandingkan dengan tipu daya duniawi. Ayat ini sering dikutip untuk mengingatkan umat Islam bahwa segala sesuatu yang fana dan diciptakan oleh makhluk pasti akan berakhir, sementara janji dan kekuasaan Allah adalah kekal dan pasti terwujud.
Ayat ini merupakan penegasan mendasar dari misi kenabian. Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk menyatakan dengan jelas identitasnya: beliau adalah seorang manusia (bashar) biasa, sama seperti umatnya, namun memiliki keistimewaan menerima wahyu. Ini adalah bantahan tegas terhadap klaim bahwa beliau adalah seorang dewa atau memiliki kekuatan super di luar kerangka kemanusiaan. Penekanan pada status kemanusiaan ini sekaligus menegaskan bahwa ajaran yang dibawa adalah murni dari Allah SWT.
Inti utama dari ayat 95 ini terletak pada kalimat kedua: "maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhan-Nya."
Mengharap Perjumpaan (Yarju Liqaa'a Rabbih): Ini merujuk pada harapan akan hari kiamat, hisab, dan akhirnya mendapatkan ridha serta surga Allah. Ini adalah motivasi tertinggi dalam beragama. Jika seseorang benar-benar mendambakan momen agung tersebut, maka konsekuensinya harus diikuti dengan tindakan nyata di dunia.
Amal Saleh dan Tauhid: Dua syarat utama yang disebutkan adalah amal saleh (perbuatan baik yang sesuai syariat) dan penegasan tauhid (mengesakan Allah). Amal saleh tanpa landasan tauhid yang murni tidak akan diterima. Sebaliknya, tauhid yang hanya di lisan tanpa dibuktikan dengan tindakan nyata juga tidak memadai. Kedua unsur ini harus berjalan beriringan. Ayat ini secara implisit mengingatkan pengingat keras terhadap praktik syirik (mempersekutukan Allah), sekecil apapun bentuknya, karena itu akan merusak total amal ibadah seseorang.
Di tengah arus kehidupan modern yang cenderung materialistis dan seringkali mengagungkan pencapaian duniawi, ayat ini berfungsi sebagai jangkar spiritual. Dunia menawarkan berbagai ilusi kesenangan dan kekuasaan, yang jika dikejar tanpa batas, dapat menjerumuskan seseorang kepada kesyirikan terselubung (misalnya, menggantungkan harapan pada kekayaan, jabatan, atau popularitas melebihi ketergantungan pada Allah).
Membaca dan merenungkan ayat ini setiap kali membaca Surah Al-Kahfi membantu seorang Muslim menyeimbangkan perspektifnya. Kita diingatkan bahwa fokus utama bukanlah pada akumulasi harta atau pujian manusia, melainkan pada persiapan untuk kehidupan abadi. Amal saleh yang dimaksud mencakup seluruh aspek kehidupan—ibadah ritual, muamalah (interaksi sosial), kejujuran dalam berdagang, dan kebaikan terhadap sesama makhluk.
Dengan memahami dan mengamalkan pesan dari Surah Al-Kahfi ayat 95, seorang mukmin akan lebih termotivasi untuk membersihkan niatnya dari riya' (pamer) dan senantiasa mengarahkan seluruh baktinya hanya kepada Allah, Sang Pencipta Yang Maha Esa, yang janji-Nya pasti akan terwujud.