Surah Al-Kahfi, surat ke-18 dalam Al-Qur'an, dikenal sebagai salah satu surah pelindung, terutama karena mengandung kisah Ashabul Kahfi (pemuda Ashab al-Kahf), yaitu para pemuda yang tertidur di gua untuk menghindari penyiksaan dan penindasan atas keimanan mereka. Di antara ayat-ayat kunci yang menceritakan kisah mereka, terdapat surah al kahfi ayat 87 yang menjadi landasan bagi izin yang diberikan kepada mereka untuk mengambil sikap terhadap takdir kaum mereka.
"Dia (pemimpin mereka) berkata: 'Adapun orang yang aniaya (kafir), maka kami akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhannya akan mengazabnya dengan azab yang mengerikan.'"
Ayat ini muncul setelah dialog antara para pemuda mukmin di dalam gua. Mereka telah memutuskan untuk hijrah dan berlindung dari kekejaman raja mereka yang zalim. Ketika salah seorang dari mereka—sering diidentifikasi sebagai Yuha—diizinkan keluar untuk mencari makanan, ayat ini memberikan gambaran tentang bagaimana mereka memandang nasib orang-orang yang menyekutukan Allah dan menolak kebenaran.
Dalam konteks ini, ayat 87 menunjukkan keteguhan hati mereka dalam berpegang pada tauhid. Mereka memisahkan diri dari masyarakat yang penuh kekufuran. Pemimpin mereka yang bernama Malikhah (menurut beberapa riwayat) menyatakan prinsip yang jelas: bagi mereka yang berbuat surah al kahfi ayat 87 membahas konsekuensi bagi orang zalim. Sikap mereka bukan sekadar melarikan diri, tetapi penolakan tegas terhadap sistem yang menyimpang.
Pernyataan dalam ayat ini memiliki beberapa implikasi penting bagi keimanan:
Inilah mengapa mempelajari surah al kahfi ayat 87 memberikan pelajaran tentang keberanian spiritual. Mereka tidak hanya pasrah, tetapi juga menyatakan keyakinan penuh bahwa keadilan mutlak milik Allah SWT.
Kisah Ashabul Kahfi, termasuk inti dari ayat 87, sering direnungkan saat manusia modern menghadapi 'gua' zaman sekarang—yaitu godaan duniawi, tekanan sosial, atau lingkungan kerja yang merusak nilai-nilai agama. Ayat ini menjadi pengingat bahwa melindungi iman adalah prioritas utama.
Perlindungan Allah SWT tidak hanya berbentuk fisik di dalam gua, tetapi juga perlindungan spiritual bagi siapa pun yang berusaha keras menjauhi maksiat dan kekufuran, sebagaimana yang disiratkan oleh respons tegas para pemuda terhadap orang zalim.
Visualisasi perlindungan ini dapat direnungkan melalui representasi simbolis berikut:
Ayat 87 dari Surah Al-Kahfi adalah titik balik penting yang menunjukkan ketetapan hati Ashabul Kahfi. Mereka tidak hanya mencari keselamatan fisik tetapi juga menegaskan keadilan ilahi atas mereka yang memilih jalan kezaliman. Memahami ayat ini membantu umat Islam hari ini untuk selalu waspada terhadap ajakan sesat dan yakin bahwa pertanggungjawaban akhirat adalah konsekuensi terberat dari setiap pilihan hidup.