Teks dan Terjemahan Surah Al Kahfi Ayat 14
وَقَلُوبُهُمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَٰهًا ۖ لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا
Dan Kami menguatkan hati mereka di waktu mereka berdiri (menghadap musuh), lalu mereka berkata: "Tuhan kami ialah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak akan menyeru Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran."
Konteks dan Tafsir Surah Al Kahfi Ayat 14
Ayat ke-14 dari Surah Al Kahfi ini merupakan bagian krusial dalam kisah Ashabul Kahfi (Pemuda Ashabul Kahfi). Ayat ini menyoroti momen penting ketika sekelompok pemuda beriman tersebut memutuskan untuk meninggalkan kaumnya dan kota tempat mereka tinggal demi menjaga keimanan mereka dari tekanan politeisme dan penyembahan berhala yang merajalela.
Setelah menyadari bahwa mempertahankan akidah di tengah masyarakat yang sesat hampir mustahil tanpa kompromi, para pemuda tersebut berkumpul. Ayat ini merekam dialog internal dan penguatan tekad mereka. Kata kunci di sini adalah "وَقَلُوبُهُمْ إِذْ قَامُوا" (Dan Kami menguatkan hati mereka di waktu mereka berdiri). Ini menunjukkan intervensi ilahi; Allah SWT memberikan keteguhan batin kepada mereka saat menghadapi keputusan besar yang mengandung risiko tinggi, termasuk penganiayaan fisik.
Penegasan Tauhid yang Kuat
Inti dari perkataan mereka adalah penegasan tauhid yang murni. Mereka menyatakan dengan lantang: "Tuhan kami ialah Tuhan langit dan bumi." Ini adalah pengakuan bahwa satu-satunya Dzat yang berhak disembah adalah Pencipta alam semesta yang meliputi segala sesuatu—langit dan bumi. Pengakuan ini bersifat total, tidak menyisakan ruang sedikit pun untuk ilah-ilah lain.
Kalimat penutup ayat tersebut, "kami sekali-kali tidak akan menyeru Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran," adalah deklarasi anti-syirik yang tegas. Mereka menyadari bahwa menyekutukan Allah (syirik) setelah mengetahui kebenaran tauhid adalah sebuah penyimpangan yang ekstrem, sebuah kebohongan besar yang "jauh dari kebenaran" (syathatan).
Pelajaran Penting dari Ayat 14
1. Kekuatan Hati dalam Ujian
Allah menguatkan hati mereka. Ini mengajarkan kita bahwa ketika dihadapkan pada ujian keimanan yang berat, pertolongan Allah berupa ketenangan dan keteguhan hati adalah kunci utama. Keputusan untuk berhijrah dari lingkungan maksiat memerlukan kekuatan spiritual yang didukung oleh rahmat-Nya.
2. Prioritas Keimanan di Atas Segalanya
Para pemuda tersebut lebih memilih meninggalkan kenyamanan sosial, harta, dan mungkin nyawa mereka, daripada mengorbankan akidah mereka. Ini menunjukkan betapa berharganya keyakinan akan keesaan Allah. Dalam konteks modern, ini berarti kita harus siap mengambil jarak dari pergaulan atau lingkungan yang merusak prinsip-prinsip agama kita, meskipun harus kehilangan popularitas atau keuntungan duniawi.
3. Kejelasan dalam Berakidah
Pernyataan mereka sangat lugas dan tanpa kompromi. Mereka tidak menggunakan bahasa yang samar-samar mengenai siapa Tuhan mereka. Kejelasan tauhid ini adalah benteng pertahanan pertama melawan godaan sinkretisme atau relativisme agama. Tidak ada negosiasi dalam masalah pokok keesaan Allah.
4. Kesadaran akan Kebatilan Syirik
Mereka memahami bahwa syirik bukan sekadar kesalahan kecil, melainkan "perkataan yang sangat jauh dari kebenaran." Ini mendorong umat Islam untuk selalu membersihkan keyakinan mereka dari segala bentuk kesyirikan yang mungkin terselip dalam praktik budaya atau pemikiran tanpa disadari.
Kisah Ashabul Kahfi, yang dimulai dengan peristiwa penguatan iman pada ayat 14 ini, menjadi teladan abadi tentang pentingnya persahabatan yang saleh (ukhuwah) dan keberanian moral dalam menghadapi penindasan ideologis. Ayat ini menegaskan bahwa fondasi teguh pada tauhid adalah prasyarat untuk keberanian menghadapi dunia yang menentang kebenaran.