Surah Al-Kahfi, surat ke-18 dalam Al-Qur'an, adalah sebuah permata yang menyimpan banyak pelajaran penting bagi umat Islam. Secara khusus, empat ayat terakhirnya—ayat 107 hingga 110—merangkum inti dari janji Allah SWT bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, sekaligus menjadi penutup yang menguatkan motivasi untuk istiqamah dalam ketaatan. Ayat-ayat ini menekankan perbedaan fundamental antara balasan bagi orang yang beriman dan balasan bagi mereka yang berpaling.
Dua ayat pertama fokus pada janji Allah yang sangat jelas dan pasti. Surga Firdaus, tingkatan surga tertinggi, disiapkan sebagai nuzulan (tempat peristirahatan atau hidangan utama) bagi mereka yang berhasil menggabungkan dua pilar utama: keimanan (pembenaran hati terhadap tauhid) dan amal saleh (perbuatan nyata yang sesuai syariat). Penegasan bahwa mereka akan kekal di dalamnya (خَـٰلِدِينَ فِيهَا) tanpa keinginan untuk pindah menunjukkan kenikmatan yang sempurna dan tak tertandingi. Ini adalah tujuan akhir yang mendorong setiap mukmin untuk terus berjuang menghadapi godaan duniawi.
Ayat 109 berfungsi sebagai pengingat betapa terbatasnya pengetahuan dan kemampuan manusia, bahkan dalam konteks ekspresi kebesaran Allah. Perumpamaan tentang lautan yang dijadikan tinta untuk menulis kalimat Allah menunjukkan bahwa ilmu Allah tak terbatas dan tak akan pernah habis. Dalam konteks Surah Al-Kahfi yang membahas cobaan iman, ayat ini menegaskan bahwa ujian sebesar apapun yang kita hadapi, keagungan Allah jauh melampauinya. Ini menanamkan rasa rendah hati dan ketergantungan penuh kepada-Nya.
Ayat penutup ini adalah rangkuman praktis dari seluruh ajaran Surah Al-Kahfi. Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk menegaskan statusnya sebagai seorang manusia biasa yang menerima wahyu. Inti dari wahyu tersebut adalah penetapan Tauhid: Tuhan hanyalah satu.
Poin krusialnya terletak pada bagian akhir: "Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan jangan ia mempersekutukan seorang pun dalam ibadah kepada Tuhannya." Ayat ini menetapkan dua prasyarat mutlak untuk meraih balasan surga yang dijanjikan pada ayat 107:
Inilah inti dari ujian yang dibawa oleh kisah Ashabul Kahfi, Musa dan Khidir, serta Dzulkarnain—yakni bagaimana manusia mempertahankan keikhlasan dan ketaatan di tengah ujian yang berbeda-beda. Membaca dan merenungi ayat 107 sampai 110 dari Surah Al-Kahfi setiap hari Jumat atau kapan pun kita merasa lemah imannya, berfungsi sebagai penyuntik semangat untuk selalu membersihkan niat dan memperkuat perbuatan baik kita.