Membaca dan merenungkan permulaan Surah Al-Kahfi, benteng perlindungan dari fitnah dunia.
Pembukaan Surah Al-Kahfi (Al-Kahfi berarti "Gua") langsung menegaskan keagungan Allah SWT. Ayat pertama ini menggarisbawahi bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang sempurna, lurus, tanpa cacat, dan tanpa kontradiksi. Tujuan utama penurunan kitab suci ini adalah untuk memberikan peringatan keras bagi orang-orang kafir dan kabar gembira bagi orang-orang mukmin. Ayat ini menanamkan fondasi bahwa sumber segala kebenaran dan petunjuk berasal dari Yang Maha Pencipta.
Ayat kedua melanjutkan fungsi Al-Qur'an. Ia berfungsi sebagai peringatan akan azab yang pedih bagi mereka yang menolak kebenaran, sekaligus sebagai pembawa kabar bahagia bagi kaum mukminin. Syarat utama untuk meraih 'pahala yang baik' ini bukanlah sekadar iman lisan, melainkan disertai dengan amalan saleh. Inilah keseimbangan yang diajarkan Al-Qur'an: kesadaran akan ancaman (takhwif) dan harapan akan ganjaran (targhib).
Penegasan tentang keabadian pahala ini sangat signifikan. Pahala yang dijanjikan di ayat 2 adalah pahala yang tiada batas waktunya. Ini menunjukkan betapa berharganya amal saleh yang dilakukan di dunia yang fana ini, karena imbalannya adalah kebahagiaan abadi di akhirat.
Setelah membahas fungsi umum, Allah mulai merinci objek peringatan. Salah satu kekeliruan akidah terbesar yang harus diperingatkan adalah anggapan bahwa Allah memiliki anak. Keyakinan ini (yang dianut oleh sebagian kalangan Yahudi, Nasrani, dan musyrikin Arab) dianggap sebagai penyimpangan fatal karena menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya dan merendahkan kesempurnaan-Nya yang Maha Esa.
Ayat-ayat berikutnya (5-8) menjelaskan bahwa klaim tersebut adalah kebohongan besar yang tidak berdasar, di mana ucapan mereka hanya mengikuti prasangka, dan tempat mereka adalah neraka Jahanam yang kekal.
Ayat 9 menjadi pintu masuk narasi utama surah ini: Kisah Ashabul Kahfi. Kisah ini diangkat bukan karena keanehannya yang luar biasa (sebab tanda kebesaran Allah jauh lebih banyak), melainkan untuk menjadi pelajaran tentang keimanan teguh di tengah tekanan sosial. Mereka adalah sekelompok pemuda yang teguh mempertahankan tauhid di tengah kekuasaan raja zalim yang memaksa penyembahan berhala.
Ketika mereka merasa terancam, mereka memilih untuk melarikan diri ke dalam gua (Kahf). Dalam doa mereka di ayat 10, mereka memohon rahmat dari Allah, menunjukkan ketergantungan total: "Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu dan siapkanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini."
Allah kemudian membalas keimanan dan ketaatan mereka dengan perlindungan luar biasa selama ratusan tahun (ayat 11-12). Ayat-ayat ini mengajarkan bahwa pertolongan Allah datang dalam bentuk yang tak terduga. Mereka ditidurkan selama tiga ratus tahun ditambah sembilan tahun. Ketika mereka terbangun, mereka sadar bahwa Allah Maha Mampu atas segala sesuatu.
Momen kebangkitan ini menunjukkan kehati-hatian mereka. Setelah sekian lama, waktu terasa singkat. Mereka mengingatkan satu sama lain akan kebutuhan duniawi (makanan), namun dengan syarat ketat: bersikaplah lembut dan jangan menarik perhatian, sebab mereka hidup di tengah masyarakat yang telah berubah total. Ayat 19 ini memberikan pelajaran penting tentang manajemen krisis: menjaga kerahasiaan dan berhati-hati dalam berinteraksi dengan lingkungan yang tidak suportif.
Tiga puluh satu ayat pertama Surah Al-Kahfi telah meletakkan dasar yang kuat bagi pembaca: