Surah Al-Kahfi (Gua) adalah surah ke-18 dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Surah ini sangat dianjurkan untuk dibaca pada hari Jumat karena mengandung empat kisah utama yang menjadi pelajaran penting bagi umat Islam dalam menghadapi ujian kehidupan: ujian agama (Ashabul Kahfi), ujian harta (pemilik dua kebun), ujian ilmu (Nabi Musa dan Khidr), serta ujian kekuasaan (Raja Dzulkarnain).
Selain kisah-kisah tersebut, bagian awal dan akhir surah ini memiliki keutamaan khusus, terutama bagi mereka yang ingin terhindar dari fitnah terbesar sepanjang masa, yaitu fitnah Dajjal. Membaca sepuluh ayat pertama atau sepuluh ayat terakhir dari surah ini dipercaya sebagai benteng pelindung spiritual.
Sepuluh Ayat Pertama Surah Al-Kahfi
Membaca sepuluh ayat pertama ini adalah ikhtiar untuk memohon perlindungan dari fitnah Dajjal. Berikut adalah bacaan teks Arab, transliterasi, dan artinya.
Qayyiman liyundhira ba'san syadiidan min ladunhu wa yubassyiral mu'miniinallaziina ya'maluunash shaalihaati anna lahum ajran hasanaa
(2) [Allah menjadikan Al-Qur'an itu) lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik,
Maa lahum bihii min 'ilminw wa laa li-aabaa'ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwaahihim, iy yaquuluuna illaa kadzibaa
(5) Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Besar sekali kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali kebohongan.
... (Ayat 6 hingga 9 dilanjutkan dengan kisah Ashabul Kahfi yang melarikan diri dari kaum penyembah berhala)...
(110) Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya Aku ini hanyalah seorang manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, biarlah dia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah dia mempersekutukan seorang pun dalam ibadah kepada Tuhannya."
Qul law kaanal bahru midaadal likalimaati rabbii lanafidhal bahru qabla an tanfada kalimaatu rabbii walaw ji'naa bimitslihii madadaa
(109) Katakanlah, "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan bahan sebanyak itu puluhan kali lipat."
Umat Islam sangat dianjurkan untuk senantiasa menjaga hubungan spiritual dengan Surah Al-Kahfi, terutama mendekati hari kiamat, karena ia berfungsi sebagai benteng perlindungan. Selain itu, surat ini mengajarkan tentang tauhid (keesaan Allah) yang menjadi inti ajaran Islam.
Kisah-kisah di dalamnya memberikan perspektif bahwa kekayaan, ilmu, dan kekuasaan hanyalah titipan sementara. Ketika seseorang menghadapi tantangan hidup—seperti godaan kemewahan duniawi atau keraguan iman—maka pelajaran dari Ashabul Kahfi, kisah dua pemilik kebun yang sombong, atau dialog Musa dengan Khidr memberikan panduan tentang kesabaran, tawakkal, dan kerendahan hati.
Memahami dan menghayati sepuluh ayat awal dan akhir yang fokus pada penegasan tauhid dan pentingnya amal saleh (seperti yang ada di ayat 109-110) merupakan fondasi utama dalam menjalani kehidupan yang diridai Allah. Oleh karena itu, memiliki akses mudah ke teks dan audio bacaannya, khususnya bagian yang sangat dianjurkan, sangatlah bermanfaat untuk pembacaan rutin, misalnya setelah Maghrib atau pada malam/siang hari Jumat.
Membaca Al-Qur'an, termasuk Surah Al-Kahfi, bukan sekadar ritual, melainkan investasi pahala yang berlipat ganda. Ayat-ayat suci ini adalah cahaya petunjuk yang membedakan mana yang hak dan mana yang batil di tengah samudra fitnah modern yang kian kompleks.