Surah Al-Fil (Gajah) adalah surah ke-105 dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Surah ini tergolong Makkiyah dan memiliki lima ayat yang mengisahkan peristiwa luar biasa mengenai kegagalan pasukan penyerang Ka'bah yang dipimpin oleh Abrahah, seorang raja Yaman.
Peristiwa ini terjadi ketika Abrahah ingin menghancurkan Ka'bah di Mekkah karena ia merasa cemburu dan ingin mengalihkan pusat ibadah ke gereja besar yang ia bangun di Yaman. Pasukan Abrahah yang terkenal memiliki gajah besar—yang menjadi simbol kekuatan militer mereka—berbaris menuju Mekkah. Namun, Allah SWT mengirimkan pertolongan yang tak terduga.
Pertolongan itu datang dalam bentuk sekumpulan burung (Ababil) yang membawa batu-batu kecil dari neraka (sijjiil). Batu-batu tersebut dihantamkan kepada pasukan gajah, menyebabkan mereka hancur lebur, sehingga rencana jahat Abrahah pun digagalkan. Kisah ini menjadi bukti nyata akan kekuasaan mutlak Allah SWT dan janji-Nya untuk melindungi rumah-Nya (Ka'bah).
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
أَلَمْ نَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِى تَضْلِيلٍ
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ
Terjemahan Singkat:
Membaca Al-Qur'an dengan tartil (sesuai kaidah tajwid) adalah sebuah keharusan. Meskipun Surah Al-Fil pendek, ia mengandung beberapa hukum tajwid penting. Berikut adalah penjelasannya:
Pada lafazh كَيْدَهُمْ فِى تَضْلِيلٍ, perhatikan Alif Lam pada kata تَضْلِيلٍ (meskipun diawali dengan Ta'). Hukum bacaan di sini adalah **Al-Qomariyah** (Izhar Qomariyah) karena huruf setelah Alif Lam adalah ض (Dhad), yang termasuk huruf Qomariyah. Dibaca jelas dengan adanya sukun pada huruf Lam.
Perhatikan bacaan pada وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا. Ketika tanwin fathah (fathah tanwin) pada kata طَيْرًا bertemu dengan huruf أ (Alif) di awal kata berikutnya (dalam konteks harakat yang berbeda), ini adalah hukum **Idgham Bigunnah** (memasukkan dengan dengung) jika dibaca bersambung.
Pada kata حِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ (Ayat 4). Jika kita membaca secara penuh, pada kata تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ terdapat Mad yang bertemu hamzah pada satu kalimat (meskipun pada lafazh ini tidak terlalu jelas terlihat Mad Wajib Muttashil murni), namun lebih fokus pada hukum yang lebih jelas:
Pada بِحِجَارَةٍ مِّنْ: Ini adalah hukum **Idgham Bigunnah** karena tanwin fathah bertemu Mim (م) pada kata مِّنْ, dibaca dengan dengung.
Pada kata مِّن سِجِّيلٍ (Ayat 4), huruf Nun sukun bertemu Sin (س) dibaca **Ikhfa' Haqiqi**, yaitu menyamarkan bunyi Nun menjadi bunyi sengau (ghunnah) sambil menahan napas sebentar.
Demikian pula pada مَّأْكُولٍ (Ayat 5) jika ada Nun yang disukunkan sebelumnya, namun dalam Surah ini lebih dominan pada hukum Idgham dan Ikhfa' pada Nun sukun/tanwin yang bertemu huruf tertentu.
Perhatikan akhir ayat: كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ. Pada huruf ق (Qaf) yang sukun di tengah kata (bukan di akhir), ini adalah **Qalqalah Sugra** (Qalqalah kecil) karena ia sukun dan terletak di tengah kalimat. Namun, dalam ayat ini tidak ada huruf Qalqalah yang sukun di tengah kata. Huruf yang disukun adalah ف di kata عَصْفٍ, yang juga dibaca Qalqalah karena merupakan salah satu dari lima huruf Qalqalah (ب ج د ق ط).
Koreksi Tajwid: Pada kata عَصْفٍ, huruf ف (Fa) sukun dibaca dengan getaran (Qalqalah) karena termasuk huruf Qalqalah.
Mempelajari Surah Al-Fil bukan hanya sekadar menghafal teks Arab, tetapi juga merenungkan pelajaran moral dan spiritual di baliknya. Kisah ini mengajarkan umat Islam tentang tiga hal mendasar:
Dengan memahami tajwidnya, pembacaan ayat-ayat ini menjadi lebih sempurna, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Membaca Surah Al-Fil secara rutin, sambil merenungkan maknanya, akan memperkuat ketenangan jiwa dan keyakinan pada janji-janji Allah.