Surat Al-Lahab, yang dikenal juga sebagai Surat Al-Masad, adalah salah satu surat terpendek dalam Al-Quran, terdiri dari hanya lima ayat. Meskipun singkat, kedalaman maknanya sangat signifikan, terutama karena isinya berbicara langsung mengenai nasib salah satu musuh bebuyutan Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Lahab beserta istrinya. Mempelajari suara surat Al-Lahab bukan hanya tentang pengucapan tajwid yang benar, tetapi juga tentang meresapi ancaman dan kepastian janji Allah SWT.
Ketika kita mendengar atau membaca Surat Al-Lahab, resonansi kata-kata yang digunakan memiliki kekuatan dramatis. Kata "Lahab" sendiri berarti 'nyala api' atau 'bara yang menyala-nyala'. Penggunaan kata ini secara langsung menciptakan gambaran visual yang kuat tentang siksaan yang dijanjikan bagi mereka yang menentang risalah tauhid. Kefasihan dalam melafalkan ayat-ayat ini memastikan bahwa pesan peringatan tersebut tersampaikan dengan jelas dan berbobot.
Ayat pertama, تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (Tabbat yada Abi Lahabin wa tabb), secara harfiah berarti "Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan celakalah dia." Kata 'Tabbat' dan 'Tabb' yang berulang memberikan penekanan dramatis, seolah-olah suara pembacaan harus memancarkan ketegasan hukuman ilahi. Dalam konteks pengucapan, penekanan pada huruf-huruf yang memiliki sifat qalqalah (seperti pada huruf ba’ pada kata ‘Tabbat’) menambah dimensi akustik yang tegas pada suara surat Al-Lahab ini.
Latar belakang turunnya surat ini memberikan konteks emosional yang mendalam pada setiap lafalnya. Abu Lahab adalah paman Nabi Muhammad SAW, namun ia adalah salah satu penentang terkeras dakwah Islam. Ketika Nabi mulai berdakwah secara terbuka, dilaporkan bahwa Abu Lahab adalah orang pertama yang menolaknya dengan keras. Surat ini berfungsi sebagai respons ilahi yang definitif terhadap penolakan dan permusuhan tersebut.
Suara surat ini menjadi abadi, bukan karena kebencian pribadi, melainkan sebagai peringatan universal bahwa penolakan terhadap kebenaran akan membawa kerugian abadi. Kontras antara kehangatan ajaran Islam dan 'nyala api' (Lahab) yang dihadapi Abu Lahab menjadi pelajaran penting bagi umat Islam tentang pentingnya mengikuti petunjuk al-Quran dan menjauhi kesombongan.
Untuk menghayati sepenuhnya suara surat Al-Lahab, penting untuk merujuk pada teks aslinya. Berikut adalah teks Arab beserta transliterasinya, yang membantu dalam pelafalan:
Perhatikan bagaimana ayat ketiga, سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (Sayaṣlā nāran dhāta lahabin), secara eksplisit mengulang akar kata 'Lahab', menegaskan kembali fokus utama surat ini. Suara yang indah dan lantang dalam membaca ayat ini harus dibarengi dengan pemahaman bahwa ayat ini berbicara tentang konsekuensi fatal dari pilihan hidup yang menentang Allah.
Bagi seorang Muslim, mendengarkan tilawah surat Al-Lahab memberikan efek menenangkan sekaligus mengingatkan akan keadilan Allah. Ini adalah pengingat bahwa meskipun permusuhan mungkin tampak kuat di dunia, kemenangan sejati hanya milik mereka yang taat. Suara bacaan yang syahdu dari para qari ternama sering kali mampu menembus hati, membuat pendengar merenungkan ayat-ayat tersebut melampaui sekadar makna harfiahnya.
Mempelajari Al-Lahab menguatkan keyakinan bahwa tidak ada kekuatan duniawi yang dapat menandingi kekuatan kebenaran ilahi. Meskipun Abu Lahab mendapat harta dan kekuasaan, semua itu menjadi sia-sia di hadapan janji api neraka yang telah dikabarkan. Oleh karena itu, setiap kali kita mengucapkan atau mendengar suara surat Al-Lahab, kita diingatkan untuk introspeksi diri dan memastikan bahwa jalan hidup kita selaras dengan ridha Sang Pencipta, menjauhi segala bentuk kesombongan dan penolakan terhadap ajaran-Nya. Surat yang pendek ini menyimpan pelajaran yang sangat panjang tentang keikhlasan dan konsekuensi.