Surah Al Insyirah, atau yang juga dikenal sebagai Surah Asy-Syarh, adalah salah satu surat pendek dalam Al-Quran yang penuh dengan pesan penghiburan, harapan, dan kepastian akan pertolongan Allah SWT. Surat ini turun sebagai penawar duka bagi Nabi Muhammad SAW di masa-masa sulit dakwah. Di antara ayat-ayatnya yang menenangkan, terdapat sebuah penutup yang sangat kuat dan menjadi fondasi keimanan, yaitu Quran Surah Al Insyirah Ayat 8.
Ayat kedelapan dari surat ke-94 ini merupakan penutup yang menjadi janji mutlak bagi setiap mukmin yang berusaha dan bersabar. Berikut adalah teksnya:
"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), maka bertungkus lumuslah (untuk urusan yang lain)."
Untuk memahami betapa pentingnya Quran Surah Al Insyirah Ayat 8, kita perlu melihat konteks ayat-ayat sebelumnya. Allah SWT membuka surat ini dengan janji kemudahan setelah kesulitan:
Setelah memberikan kepastian bahwa kesulitan tidak akan pernah datang sendirian tanpa ditemani kemudahan (Ayat 5-6), Allah kemudian mengarahkan fokus Nabi SAW (dan umatnya) pada tindakan nyata selanjutnya. Ayat 7 menegaskan:
Ini adalah pengulangan penekanan. Setelah janji itu ditegaskan, barulah datang perintah dalam Quran Surah Al Insyirah Ayat 8.
Perintah dalam ayat ke-8 ini mengandung dua pelajaran utama yang saling melengkapi:
Frasa "apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan)" mengindikasikan bahwa setelah melalui sebuah perjuangan berat, mendapatkan kemenangan kecil, atau menunaikan ibadah tertentu, seorang mukmin tidak boleh berdiam diri terlalu lama dalam zona nyaman atau euforia keberhasilan tersebut. Terdapat perintah untuk segera beralih kepada tugas berikutnya. Dalam konteks Nabi SAW, setelah selesai berdakwah atau melaksanakan satu ibadah, beliau diperintahkan untuk segera bersiap menghadapi tantangan baru.
Kata kerja Arab "Fanstab" (فَانْصَبْ) berasal dari akar kata nashab (نَصَبَ) yang memiliki makna kerja keras, berjuang, berletih-lelah, atau bekerja hingga berkeringat. Ini bukan sekadar 'beralih tugas', tetapi 'beralih tugas dengan sungguh-sungguh dan penuh pengorbanan'. Ayat ini mengajarkan bahwa energi spiritual yang didapat dari pertolongan Allah tidak boleh disia-siakan. Kemudahan yang diberikan Allah adalah bekal untuk menghadapi perjuangan berikutnya dengan lebih gigih.
Ayat ini mencegah kita dari dua ekstrem: berputus asa saat kesulitan dan bermalas-malasan setelah kemudahan. Ia mengajarkan keseimbangan dinamis dalam kehidupan seorang hamba:
Visual di atas mengilustrasikan siklus: setelah energi terkuras dalam satu tugas (area gelap), ada perintah untuk segera mengarahkan energi tersebut ke arah tugas berikutnya dengan semangat baru, sebagaimana diperintahkan dalam Quran Surah Al Insyirah Ayat 8.
Surah Al Insyirah memberikan fondasi emosional dan spiritual yang kokoh: jangan pernah takut kesulitan, karena kemudahan pasti datang. Ayat pamungkasnya, Quran Surah Al Insyirah Ayat 8, memberikan instruksi praktis: Jangan berpuas diri dengan kemudahan itu. Gunakan sisa nafas dan kekuatanmu untuk berjuang dalam ketaatan. Inilah pola hidup seorang hamba yang sejati, yang senantiasa bergerak maju dalam ibadah, dari satu pengabdian menuju pengabdian lainnya.
Dengan memahami dan mengamalkan semangat ayat ini, seorang Muslim senantiasa berada dalam keadaan produktif dan berserah diri, menyadari bahwa istirahat sejati hanyalah jeda singkat sebelum kembali bersungguh-sungguh di jalan Allah.