Surat Al-Lahab (atau Al-Masad) adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang memiliki signifikansi historis dan teologis yang mendalam. Ayat pertamanya secara langsung menunjuk pada satu individu tertentu, yang merupakan salah satu kasus langka dalam Al-Qur'an di mana nasib seseorang dikutuk secara eksplisit di dunia dan akhirat. Ayat pertama ini menjadi landasan utama dalam memahami konteks turunnya surat ini dan sifat permusuhan yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW pada masa awal dakwah Islam.
Frasa pembuka, "Tabbat yadaa" (تَبَّتْ يَدَا), adalah inti dari ayat ini dan mengandung ancaman yang sangat keras. Kata Tabbat (تَبَّتْ) berasal dari akar kata Taba yang berarti "hancur", "celaka", "lenyap", atau "terputus dari segala kebaikan". Kata ini menunjukkan kehancuran total, bukan hanya kerugian sementara.
Penggunaan bentuk dual (dua tangan, yadaa) memiliki beberapa makna simbolis dan kontekstual. Pertama, ini merujuk langsung pada Abu Lahab, paman Nabi Muhammad SAW, yang dikenal sangat aktif memusuhi dan menghalangi dakwah Rasulullah. Kedua tangan melambangkan upaya dan aksi. Dengan menyatakan kedua tangan Abu Lahab binasa, Allah SWT menyatakan bahwa segala usaha, kekuatan, dan tipu daya yang ia kerahkan untuk menghancurkan Islam akan sia-sia dan berbalik menghancurkan dirinya sendiri.
Dalam konteks sejarah, Abu Lahab adalah tokoh yang paling gigih dan kasar dalam menentang Islam, bahkan setelah Nabi SAW mulai berdakwah secara terang-terangan di Mekah. Ia adalah simbol perlawanan yang berbasiskan kekerabatan namun dipenuhi kebencian personal.
Ayat ini diakhiri dengan penegasan, "wa tabb" (وَتَبَّ). Pengulangan akar kata yang sama, meskipun dengan struktur gramatikal yang sedikit berbeda, menekankan kepastian hukuman tersebut. Jika frasa pertama ('Tabbat yadaa') adalah kutukan terhadap upayanya, frasa kedua ('wa tabb') adalah vonis atas dirinya sendiri. Ini berarti bukan hanya alatnya (tangannya) yang gagal, tetapi inti dari keberadaannya—dirinya sendiri—juga akan mengalami kebinasaan.
Para mufassir menjelaskan bahwa kehancuran Abu Lahab terwujud dalam dua aspek:
Mengapa Al-Qur'an membuka surat ini dengan kutukan spesifik? Ini memberikan pelajaran penting mengenai konsekuensi permusuhan terhadap kebenaran. Allah SWT menunjukkan bahwa permusuhan yang didasari oleh kesombongan, kebencian klan, dan penolakan terang-terangan terhadap wahyu-Nya akan berujung pada kehancuran, bahkan bagi mereka yang memiliki kedekatan sosial atau darah dengan Rasul.
Ayat pertama ini juga berfungsi sebagai peringatan bagi umat Islam. Ia mengajarkan bahwa kebenaran akan selalu menang, dan upaya jahat yang diarahkan untuk memadamkannya (seperti upaya Abu Lahab dulu) pasti akan menemui kegagalan total, karena kekuatan ilahi di belakang dakwah tersebut jauh melampaui kekuatan musuh mana pun.
Setiap kali kita membaca QS Al-Lahab ayat 1, kita diingatkan akan janji Allah SWT yang tak pernah ingkar—bahwa segala bentuk permusuhan terhadap risalah Islam akan menemui kesudahan yang sama: kehancuran total, sebagaimana yang menimpa kedua tangan dan diri Abu Lahab. Ini adalah penegasan jaminan ilahi atas perlindungan agama-Nya hingga akhir zaman.