Merenungi Kekuatan Duniawi dalam QS. Al-Kahfi Ayat 47

Kehidupan Fana Kekekalan Abadi Ilustrasi metafora tentang kehidupan duniawi yang bersifat sementara dan kemuliaan yang kekal.

Surah Al-Kahfi, surat ke-18 dalam Al-Qur'an, menyimpan banyak pelajaran mendalam mengenai ujian hidup, terutama terkait harta kekayaan, kekuasaan, dan ilmu pengetahuan. Salah satu ayat kunci yang sering direnungkan umat Islam adalah ayat ke-47. Ayat ini secara lugas menggambarkan kontras tajam antara nilai duniawi yang fana dengan keutamaan akhirat yang abadi. Memahami QS Al-Kahfi 18:47 menjadi sangat penting bagi seorang Muslim untuk menjaga orientasi hidupnya agar tidak tersesat oleh gemerlap materi.

وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا

Wa yauma nusayyiru al-jibāla wa taral-arḍa bārizatan wa ḥasyarnāhum fa lam nughādir minhum aḥadā

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami perjalankan gunung-gunung, dan kamu akan melihat bumi itu datar dan tandus, dan Kami kumpulkan mereka (seluruh manusia) dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.

Kondisi Hari Kiamat: Penghancuran Simbol Kekuatan Dunia

Ayat 18:47 memulai deskripsinya dengan sebuah peristiwa dahsyat: hari ketika gunung-gunung digerakkan dan dihancurkan. Gunung, dalam konteks manusia, sering kali menjadi simbol keteguhan, keagungan, dan kekuatan alam yang tak tertandingi. Namun, pada hari kiamat, kekuatan alam terbesar ini akan dihancurkan dan digerakkan seolah-olah debu yang beterbangan.

Hal ini menunjukkan bahwa semua struktur fisik yang kita banggakan di dunia ini—bangunan megah, kekayaan alam yang dikuasai, bahkan benteng pertahanan terkuat—semuanya akan lenyap tanpa bekas. Ketika gunung-gunung itu digerakkan, bumi akan berubah menjadi dataran yang tandus (بَارِزَةً - *bārizatan*), yakni rata dan terbuka. Tidak ada lagi celah, tidak ada lagi persembunyian, dan tidak ada lagi tempat berlindung.

Pengumpulan Totalitas Manusia

Setelah kondisi fisik bumi diubah total, ayat tersebut melanjutkan dengan pengumpulan seluruh umat manusia: "dan Kami kumpulkan mereka (seluruh manusia) dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka." Ini adalah momen penegasan tentang pertanggungjawaban universal. Semua manusia, dari Nabi pertama hingga manusia terakhir, dari penguasa terkuat hingga rakyat jelata yang paling lemah, semuanya akan dikumpulkan di satu tempat tanpa terkecuali.

Frasa "tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka" (*falām nughādir minhum aḥadā*) memberikan penekanan kuat pada kesempurnaan penghitungan. Tidak ada entitas yang luput dari hadapan Sang Pencipta. Tidak ada argumen penundaan atau dalih pengingkaran yang dapat diajukan. Semua telah selesai diperhitungkan berdasarkan catatan amal perbuatannya selama hidup di dunia.

Relevansi dengan Kekayaan dan Amalan

Meskipun ayat ini secara eksplisit berbicara tentang kiamat, ia memiliki korelasi erat dengan ayat-ayat sebelumnya dalam Surah Al-Kahfi, terutama mengenai harta dan keturunan (seperti ayat 46). Jika gunung yang merupakan kekayaan alam terbesar saja akan hancur lebur, apalagi harta benda yang kita kumpulkan.

QS Al-Kahfi 18:47 berfungsi sebagai pengingat bahwa fokus utama kehidupan seharusnya bukanlah pada penumpukan aset duniawi yang sebentar, melainkan pada persiapan amal saleh yang kekal. Ketika hari itu tiba, semua yang kita miliki—rumah mewah, rekening bank tebal, atau jabatan tinggi—tidak akan mampu melindungi kita dari proses pengumpulan tersebut. Yang tersisa hanyalah pertanggungjawaban atas setiap detik waktu yang telah digunakan.

Ayat ini mendorong kita untuk senantiasa waspada terhadap sifat dunia yang menipu. Harta dan kekuasaan duniawi adalah perhiasan yang cepat hilang dan akan menjadi saksi, bukan penolong, di hadapan Allah SWT. Maka, dengan membayangkan kengerian saat gunung-gunung dihancurkan dan bumi diratakan, seorang mukmin seharusnya semakin termotivasi untuk menanam kebaikan di ladang akhirat, karena hanya amal itulah yang akan mendampingi saat kita dikumpulkan di padang mahsyar. Ini adalah panggilan untuk memprioritaskan amal yang kekal di atas urusan dunia yang fana.

🏠 Homepage