Pura Lempuyang Luhur, yang sering disebut sebagai Pura Lempuyang, adalah salah satu pura tertua dan paling dihormati di Bali. Terletak di lereng Gunung Lempuyang, di bagian timur pulau dewata, pura ini menawarkan perpaduan harmonis antara spiritualitas mendalam dan keindahan alam yang spektakuler. Nama pura ini diambil dari Gunung Lempuyang, yang dianggap sebagai salah satu 'axis mundi' atau sumbu dunia dalam kosmologi Hindu Bali.
Siluet Pura Lempuyang saat Matahari Terbit
Pura Lempuyang merupakan bagian dari konsep 'Sad Kahyangan Jagat', enam pura utama yang tersebar di Bali dan diyakini sebagai pilar spiritual pulau ini. Pura ini didedikasikan untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Iswara, dewa pelindung dan pencipta yang bersemayam di puncak gunung.
Dipercaya bahwa melakukan perjalanan spiritual ke Pura Lempuyang adalah upaya membersihkan diri dan mencapai pencerahan. Perjalanan menuju pura utama, Pura Penataran Agung, memerlukan pendakian yang cukup menantang, melewati ratusan anak tangga yang berkelok-kelok di antara pepohonan rindang. Pendakian ini sendiri dianggap sebagai bagian integral dari ritual penyucian diri.
Di area pura ini, terdapat beberapa pelinggih lain yang tersebar di ketinggian berbeda. Salah satu yang paling terkenal, meskipun sering disalahpahami, adalah area foto yang ikonik. Banyak pengunjung datang untuk mengabadikan momen di depan sebuah gerbang candi yang megah, seolah-olah gerbang tersebut membuka langsung ke pemandangan Gunung Agung. Perlu diketahui, pemandangan dramatis ini sebenarnya adalah ilusi optik yang diciptakan oleh lensa telefoto dan pantulan dari kolam kecil yang digunakan oleh fotografer lokal.
Mengunjungi Lempuyang memerlukan persiapan yang matang. Karena lokasinya yang berada di dataran tinggi, udara bisa menjadi sejuk, terutama saat pagi atau sore hari. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah sebelum matahari terbit (sekitar pukul 05.00 WITA) untuk menyaksikan pemandangan langit yang memukau di balik Gunung Agung.
Etika sangat dijunjung tinggi di Pura Lempuyang. Sebagai tempat suci, pengunjung wajib mengenakan pakaian adat Bali atau setidaknya pakaian sopan yang menutupi bahu dan lutut. Kain sarung dan selendang biasanya disediakan atau wajib disewa di lokasi. Hormati umat yang sedang bersembahyang dan jaga ketenangan lingkungan pura.
Pura Lempuyang lebih dari sekadar destinasi wisata foto; ia adalah perwujudan filosofi Tri Hita Karana—harmoni antara manusia dengan Tuhan (Parhyangan), manusia dengan sesama (Pawongan), dan manusia dengan alam (Palemahan). Keindahan visualnya hanyalah bonus dari pengalaman spiritual yang ditawarkan oleh kesunyian lereng gunung dan hembusan angin pegunungan. Setiap langkah pendakian adalah pengingat akan pentingnya usaha dalam mencapai tujuan spiritual yang lebih tinggi.
Bagi mereka yang mencari ketenangan sejati di Bali, jauh dari keramaian pantai selatan, Pura Lempuyang menawarkan sebuah jeda reflektif. Keagungan pura yang berdiri kokoh di ketinggian adalah simbol ketahanan iman dan kedekatan spiritual masyarakat Bali dengan kekuatan alam semesta. Keberadaannya senantiasa mengingatkan bahwa Bali adalah pulau yang dibangun di atas fondasi spiritual yang kuat.