Dalam ritual ibadah salat umat Islam, terdapat dua seruan penting yang memiliki fungsi khusus: Adzan dan Iqomah. Kedua lafal ini, meskipun terlihat serupa dalam kontennya, memiliki peran dan waktu yang berbeda dalam mempersiapkan Muslim untuk menunaikan salat wajib berjamaah. Memahami pengertian mendasar dari kedua istilah ini adalah kunci untuk menghargai tata cara ibadah kita.
Ilustrasi visualisasi seruan salat.
Pengertian Adzan
Secara etimologi (bahasa), Adzan (أَذَان) berarti ‘pemberitahuan’ atau ‘memaklumkan’. Dalam konteks syariat Islam, Adzan adalah seruan khusus yang dikumandangkan oleh muadzin (orang yang bertugas mengumandangkan) untuk memberitahukan telah tiba waktu salat fardu yang wajib dilaksanakan.
Tujuan Utama Adzan: Menginformasikan kepada seluruh Muslim di suatu wilayah bahwa waktu salat telah masuk dan mengajak mereka untuk bersiap-siap menunaikannya, khususnya dalam konteks salat berjamaah di masjid atau musala.
Adzan biasanya dikumandangkan sekitar 15 hingga 20 menit sebelum salat dimulai. Hal ini memberikan waktu yang cukup bagi umat Islam untuk berwudu, mempersiapkan diri, dan berjalan menuju tempat salat. Lafal Adzan memiliki susunan kalimat yang spesifik dan baku, diawali dengan takbir ("Allahu Akbar") dan diakhiri dengan kesaksian tauhid dan kerasulan.
Pengertian Iqomah
Sementara itu, Iqomah (إِقَامَة) secara bahasa berarti ‘mendirikan’ atau ‘menegakkan’. Dalam terminologi syariat, Iqomah adalah seruan singkat yang dikumandangkan sesaat sebelum salat berjamaah benar-benar dimulai.
Tujuan Utama Iqomah: Memberitahukan kepada jamaah yang sudah berada di dalam masjid atau musala bahwa shalat akan segera didirikan (dimulai), sehingga semua makmum harus segera meluruskan shaf (barisan) dan bersiap untuk takbiratul ihram.
Iqomah dikumandangkan setelah Adzan dan jeda waktu yang cukup lama, namun sebelum salat dimulai. Kalimat Iqomah sangat mirip dengan Adzan, hanya saja terdapat tambahan frasa "Hayya 'alash-shalah" (Marilah melaksanakan salat) dan "Hayya 'alal-falah" (Marilah meraih kemenangan) yang diulang dua kali, kemudian ditambahkan kalimat "Qad qāmatish-shalāh" (Sesungguhnya salat akan didirikan) sebanyak dua kali di akhir rangkaian.
Perbedaan Krusial Antara Adzan dan Iqomah
Meskipun keduanya adalah panggilan untuk salat, fungsi temporal dan situasional keduanya sangat berbeda. Perbedaan ini penting untuk dipahami agar tidak terjadi kebingungan saat berada di masjid.
1. Jangka Waktu
- Adzan: Dilakukan jauh sebelum salat (sebagai penanda waktu salat telah masuk).
- Iqomah: Dilakukan tepat sebelum salat dimulai (sebagai penanda salat akan segera berdiri).
2. Lafal
Perbedaan utama terletak pada penambahan kalimat. Iqomah selalu mengandung kalimat "Qad qāmatish-shalāh" di bagian akhirnya, yang tidak ada dalam lafal Adzan.
3. Tujuan Pengumandangan
Adzan lebih bersifat pengumuman publik bagi seluruh komunitas agar mengingat dan bersiap salat. Sedangkan Iqomah lebih bersifat internal, hanya ditujukan bagi mereka yang sudah hadir di area salat untuk segera membentuk barisan.
Keutamaan Muadzin
Posisi muadzin (orang yang mengumandangkan Adzan dan Iqomah) adalah kedudukan yang mulia dalam Islam. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari kiamat, yang ditafsirkan sebagai orang yang paling banyak pahalanya karena seruannya mengingatkan banyak orang untuk beribadah. Oleh karena itu, muadzin dituntut untuk memiliki suara yang lantang, adil dalam menentukan waktu, dan memahami betul lafal yang ia ucapkan.
Kesimpulannya, Adzan berfungsi sebagai bel pembuka waktu salat, sementara Iqomah berfungsi sebagai aba-aba penutup persiapan sebelum jamaah memulai gerakan salat. Keduanya adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) bagi salat fardu berjamaah dan menjadi penanda spiritual yang mengikat umat Islam dengan panggilan Ilahi lima kali sehari.