Dalam khazanah spiritualitas Islam, terdapat berbagai amalan yang dipercaya memiliki energi positif luar biasa, salah satunya adalah mengamalkan pengasihan Al-Fatihah. Surah Al-Fatihah, yang dikenal sebagai Ummul Kitab (Induk Al-Qur'an), bukan sekadar pembuka ritual shalat lima waktu, namun juga merupakan doa universal yang mengandung rahasia ketenangan, keberkahan, dan daya tarik ilahiah.
Banyak kalangan meyakini bahwa kekuatan sejati dari surah ini terletak pada makna mendalam dan susunan ayatnya yang sempurna. Ketika dibaca dengan kekhusyukan (khusyuk), energi spiritual yang terpancar dipercaya mampu melunakkan hati yang keras, menarik simpati, dan menumbuhkan rasa kasih sayang baik dari sesama manusia maupun dari hadirat Ilahi.
Pengasihan dalam konteks Islam tidak merujuk pada sihir atau manipulasi kehendak orang lain, melainkan peningkatan kualitas diri sehingga memancarkan aura positif yang alami. Al-Fatihah, dimulai dengan pujian kepada Allah Ar-Rahman Ar-Rahim, secara otomatis menempatkan pembacanya dalam posisi kerendahan hati dan penuh harap kepada Sang Sumber Kasih Segala.
Ayat kunci seperti "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in" (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan) menegaskan ketergantungan penuh. Ketika hati telah sepenuhnya bergantung pada Tuhan, rasa percaya diri dan ketenangan batin akan terpancar keluar. Inilah yang seringkali menjadi daya tarik sesungguhnya—ketenangan yang bersumber dari iman yang kokoh.
Pengamalan pengasihan Al-Fatihah bervariasi tergantung pada tradisi tarekat atau guru spiritual yang diikuti, namun prinsip dasarnya tetap sama: konsistensi dan niat yang murni.
Keindahan Al-Fatihah adalah ia bersifat komprehensif. Ia membersihkan hati dari sifat dengki, sombong, dan ketakutan duniawi, yang mana sifat-sifat negatif tersebut justru menjadi penghalang datangnya simpati dari orang lain. Dengan membersihkan diri, secara otomatis seseorang menjadi magnet kebaikan.
Berbeda dengan amalan pengasihan lain yang mungkin bersifat sementara atau bergantung pada energi luar, pengasihan yang bersumber dari Al-Fatihah bersifat internal dan berkelanjutan. Hal ini karena fokusnya adalah perbaikan kualitas spiritual diri sendiri, bukan pemaksaan kehendak orang lain.
Ketika Anda secara rutin mendekatkan diri kepada Kalamullah, ketenangan batin Anda akan meningkat drastis. Orang lain secara naluriah akan merasa nyaman berada di dekat individu yang memancarkan kedamaian sejati. Inilah rahasia mengapa para ulama terdahulu selalu memiliki pengaruh besar—mereka adalah cerminan dari ayat-ayat suci yang mereka baca.
Mengamalkan pengasihan Al-Fatihah adalah sebuah investasi jangka panjang dalam pembentukan karakter yang mulia. Ini adalah jalan memohon agar Allah SWT menempatkan rasa cinta dan penerimaan di hati manusia, selaras dengan firman-Nya bahwa Dialah yang menanamkan kasih sayang di antara hamba-hamba-Nya.
Pada akhirnya, kunci keberhasilan dalam segala bentuk spiritualitas adalah ketulusan hati. Al-Fatihah adalah hadiah terbesar bagi umat Islam, sebuah kunci pembuka segala pintu rahmat, termasuk pintu kasih sayang dan penerimaan dari sesama makhluk.