Surat Al-Ikhlas, yang memiliki arti "Memurnikan Keimanan," adalah salah satu surat terpendek dalam Al-Qur'an, namun memiliki kedalaman makna yang sangat agung. Karena kandungan tauhidnya yang murni—menjelaskan keesaan Allah SWT tanpa perumpamaan—surat ini memiliki posisi istimewa dalam Islam. Memahami dan melafalkan surat ini dengan benar adalah kunci untuk menghayati esensi Islam itu sendiri.
Tata Cara Pembacaan yang Benar
Membaca Al-Qur'an, termasuk Al-Ikhlas, idealnya dilakukan dengan tartil (perlahan dan memperhatikan kaidah tajwid). Meskipun surat ini singkat, setiap hurufnya mengandung pahala. Berikut adalah tiga ayat utama yang harus diperhatikan dalam pembacaannya:
Pembacaan dimulai dengan Basmalah. Walaupun beberapa ulama berbeda pendapat mengenai status Basmalah sebagai bagian dari Al-Ikhlas, membacanya sebelum surat pendek adalah praktik umum yang dianjurkan untuk memulai setiap amal baik.
Ayat-Ayat Inti Al-Ikhlas
Pembacaan surat ini menekankan empat poin utama yang menegaskan keesaan Allah:
Dalam pembacaan ayat pertama, kata "Ahad" (أَحَدٌ) harus dibaca dengan jelas, menekankan sifat tunggal Allah. Ayat kedua, "Ash-Shamad" (الصَّمَدُ), adalah inti dari pemahaman bahwa Allah adalah satu-satunya tempat bergantung, tempat semua makhluk meminta pertolongan dan pemenuhan kebutuhan mereka. Pembacaan kata ini menuntut pemahaman makna yang mendalam mengenai ketergantungan total kita kepada-Nya.
Pentingnya Pengucapan Huruf "Dhad" dan "Tsa"
Perhatian khusus perlu diberikan pada ayat ketiga: لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ. Kesalahan umum terjadi pada pengucapan huruf Dhad (ض) dalam kata "yulad" (يُولَدْ). Huruf Dhad dikenal sebagai huruf tersulit dalam bahasa Arab. Jika terbaca berbeda, makna bisa berubah drastis. Pembacaan yang benar menuntut pelafalan yang tepat agar maknanya tetap terjaga: Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan. Ini adalah bantahan tegas terhadap segala bentuk penyerupaan makhluk dengan Allah.
Demikian pula pada ayat keempat, perlu diperhatikan pengucapan huruf Tsa (ث) dalam kata "Kufuwan Ahad" (أَحَدٌ). Pembacaan yang kurang tepat dapat menghilangkan keindahan dan ketegasan penolakan adanya sekutu bagi Allah.
Keutamaan dan Manfaat Pembacaan Rutin
Keagungan pembacaan Surat Al-Ikhlas seringkali dijelaskan melalui hadis Nabi Muhammad SAW. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa Al-Ikhlas setara dengan sepertiga Al-Qur'an. Keutamaan ini bukan sekadar perbandingan kuantitas, melainkan karena surat ini merangkum pokok-pokok ajaran Islam, yaitu tauhid murni.
Membaca surat ini di malam hari, misalnya, sangat dianjurkan. Dalam riwayat lain, membaca surat ini tiga kali pada pagi dan petang hari memiliki keutamaan penjagaan dari segala sesuatu yang mengganggu. Oleh karena itu, pembacaan Al-Ikhlas bukan hanya ritual, melainkan penegasan komitmen keimanan yang harus dihidupi setiap saat.
Fokus pada pembacaan yang khusyuk, diiringi perenungan makna di setiap ayat, akan mengubah cara pandang seorang muslim terhadap Tuhannya. Pembacaan yang baik adalah cerminan dari keyakinan yang lurus, murni, dan tidak tercemar oleh persekutuan apa pun.
Dengan melatih pembacaan surat Al-Ikhlas secara benar dan rutin, seorang Muslim memperkuat fondasi imannya, memurnikan ibadahnya, dan senantiasa mengingat bahwa di alam semesta yang luas ini, hanya ada satu Tuhan yang Maha Sempurna dan Maha Tunggal.