Pengantar Nahwu Shorof pada Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah, "Pembukaan," adalah surat terpenting dalam Al-Qur'an yang wajib dibaca dalam setiap rakaat shalat. Memahami analisis tata bahasa Arab (Nahwu dan Shorof) dari surat ini tidak hanya memperdalam pemahaman makna, tetapi juga meningkatkan kekhusyukan ibadah. Ilmu Nahwu berfokus pada perubahan akhir kata (i'rab) berdasarkan fungsinya dalam kalimat, sementara Shorof membahas pembentukan kata (morfologi) dari akar katanya.
Dalam konteks Al-Fatihah, setiap kata memiliki posisi gramatikal yang spesifik, yang menentukan bagaimana makna keseluruhan kalimat dipahami. Analisis ini akan membedah struktur kalimat dasar yang terdapat dalam tujuh ayat surat yang mulia ini.
Ayat 1: Bismillāh (Bagian pembuka)
بِسْمِ اللَّهِ
Bismillāh
Dengan menyebut nama Allah
Meskipun bukan bagian dari ayat hitungan resmi, frasa ini sangat fundamental. Secara gramatikal:
بِـ (Bi-): Huruf Jar (preposisi). Selalu menjadikan kata benda setelahnya dalam posisi Majrur.
اسْمِ (Ismi): Kata benda (Isim), Majrur karena didahului Huruf Jar (Bi-). Akar katanya: اسم (Ism).
اللَّهِ (Allāh): Kata benda (Isim Dzat), Majrur karena mengikuti Ismi (Mudhaf Ilaih).
Ayat 1 (Lanjutan): Alhamdulillāhi
الْحَمْدُ لِلَّهِ
Al-hamdu lillāh
Segala puji bagi Allah
Ayat ini membentuk sebuah kalimat nominal (jumlah ismiyyah) yang sederhana.
الْحَمْدُ (Al-hamdu): Kata benda (Isim), berkedudukan sebagai Mubtada' (Subjek), ditandai dengan domma (Marfu').
لِلَّهِ (Lillāh): Terdiri dari Lam (Huruf Jar) + Allah (Isim). Berkedudukan sebagai Khabar (Predikat) Muqaddam (didahulukan), sehingga ia dalam posisi Majrur.
Ayat 2: Rabbil 'Ālamīn
رَبِّ الْعَالَمِينَ
Rabbil 'ālamīn
Tuhan semesta alam
Ayat ini merupakan kelanjutan dari pujian, di mana kata setelah 'Allah' berfungsi sebagai sifat atau penjelas.
رَبِّ (Rabbi): Isim, berfungsi sebagai Na'at (sifat) atau Badal (pengganti) bagi Allah, sehingga ia Majrur (karena Allah Majrur). Shorof: Dari akar R-B-B.
الْعَالَمِينَ ('Alāmin): Isim, Mudhaf Ilaih (kepemilikan) bagi Rabbi. Karena berbentuk jamak taksir yang diakhiri dengan '-īn' (tanda nasab/jar), ia dalam posisi Majrur.
Analisis Shorof: Pembentukan Kata
Shorof membantu kita melihat asal usul kata. Misalnya, dalam kata الْعَالَمِينَ ('Alāmin):
- Akar katanya adalah ع ل م ('A-L-M), yang berarti 'tahu'.
- Pola عالَم ('Ālam) berarti 'dunia' atau 'alam' (sebuah entitas yang diketahui).
- Bentuk الْعَالَمِينَ ('Alāmin) adalah bentuk jamak dari 'Ālam (dunia) yang mengalami perubahan tanda kasrah/ya karena fungsinya dalam kalimat.
Demikian pula, الْحَمْدُ (Al-hamdu) berasal dari akar ح م د (Ḥ-M-D) yang berarti 'pujian', dan penambahan alif-lam (ال) menunjukkan makna definitif ('segala pujian').
Ayat 3: Ar-Raḥmāni Ar-Raḥīm
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Ar-Raḥmāni Ar-Raḥīm
Maha Pengasih, Maha Penyayang
Kedua kata ini (Ar-Raḥmāni dan Ar-Raḥīm) berfungsi sebagai Na'at (sifat) bagi kata Allah (yang secara implisit mengikuti struktur gramatikal ayat sebelumnya, yaitu dalam posisi Majrur).
Shorof: Kedua kata ini adalah Isim Musytaq (kata turunan) yang menunjukkan sifat yang berkelanjutan (ism fa'il/maf'ul).
- Raḥmān (فَعْلان - Fa'lān): Menekankan sifat rahmat yang sangat luas.
- Raḥīm (فَعِيل - Fa'īl): Menekankan kualitas kasih sayang yang terus menerus.
Keteraturan Nahwu pada Ayat Selanjutnya
Struktur kalimat dalam ayat-ayat selanjutnya sering melibatkan kata kerja (Fi'il) dan objek langsung (Maf'ul Bih).
Ayat 4: Māliki Yawmid-Dīn
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Māliki Yawmid-Dīn
Pemilik hari pembalasan
مَالِكِ (Māliki): Sama seperti Rabbi, berfungsi sebagai Na'at atau Badal kedua bagi Allah, Majrur. Shorof: Isim Fail (Pelaku), dari akar M-L-K (menguasai).
يَوْمِ (Yawmi): Isim, Mudhaf Ilaih bagi Māliki. Majrur.
الدِّينِ (Ad-Dīn): Isim, Mudhaf Ilaih bagi Yawmi. Majrur.
Keseluruhan ayat 1 sampai 4 adalah rangkaian sifat (Na'at) yang menjelaskan Allah, yang semuanya terikat dalam posisi Majrur karena mengikuti lafazh "Allah" yang Majrur secara implisit dari Huruf Jar (Bi-) pada Basmalah atau secara eksplisit dari Lam Jar pada Ayat 1 (Lillah).
Ayat 5: Iyyāka Na'budu wa Iyyāka Nasta'īn
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īn
Hanya Engkau yang kami sembah, dan hanya Engkau yang kami mintai pertolongan
Ini adalah kalimat verbal (jumlah fi'liyyah) yang sangat penting.
إِيَّاكَ (Iyyāka): Dhomir Nashab Munfashil (kata ganti orang kedua tunggal, objek langsung), berfungsi sebagai Maf'ul Bih Muqaddam (Objek yang didahulukan) untuk penekanan.
نَعْبُدُ (Na'budu): Fi'il Mudhari' (Kata Kerja Sekarang/Masa Depan) yang diawali Nun (menandakan orang pertama jamak/kami). Kedudukannya Marfu' (ditandai domma).
وَ (Wa): Huruf 'Atf (penghubung).
نَسْتَعِينُ (Nasta'īn): Fi'il Mudhari' (Kami meminta pertolongan). Struktur Shorofnya berasal dari akar A-'A-N, pola ke-10 (Istif'āl) yang berarti meminta.
Penutup Analisis Singkat
Analisis Nahwu Shorof pada Surat Al-Fatihah menunjukkan betapa terstruktur dan padatnya makna dalam setiap kata. Struktur gramatikalnya, terutama penggunaan Huruf Jar dan posisi I'rab (Marfu', Mansub, Majrur), berperan langsung dalam menyampaikan pesan tauhid dan permohonan hamba kepada Tuhannya. Pemahaman dasar Nahwu Shorof membantu muslim menyadari bahwa setiap perubahan harakat pada ujung kata Arab membawa konsekuensi makna dan fungsi yang fundamental.