Dalam ajaran Islam, terdapat banyak cara untuk menunjukkan kasih sayang, simpati, dan doa kepada sesama, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan dan memiliki kedalaman spiritual luar biasa adalah menghadiahkan Al-Fatihah. Hadiah ini bukanlah sesuatu yang bersifat material, melainkan transfer pahala dan doa yang dipanjatkan dengan ketulusan hati.
Keistimewaan Surah Al-Fatihah
Surah Al-Fatihah, yang berarti 'Pembukaan', adalah surah pertama dalam Al-Qur'an dan sering disebut sebagai Ummul Kitab (Induk Al-Qur'an) atau As-Sab'ul Matsani (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang). Keutamaannya begitu besar sehingga Rasulullah SAW bersabda bahwa surah ini adalah penyembuh segala penyakit, baik fisik maupun rohani.
Membaca Al-Fatihah adalah rukun dalam setiap rakaat shalat. Mengkhususkan bacaan surah ini sebagai hadiah memiliki beberapa dimensi penting. Pertama, ia adalah bentuk ibadah tertinggi yang paling dicintai Allah SWT. Kedua, ia mengandung pengakuan tauhid, pujian, permohonan petunjuk, dan permohonan perlindungan—semua esensi agama terkumpul di dalamnya.
Ilustrasi: Hadiah spiritual berupa bacaan suci.
Kepada Siapa Al-Fatihah Bisa Dihadiahkan?
Konsep hadiah spiritual ini sangat luas aplikasinya. Secara umum, pahala amal ibadah seperti sedekah, doa, dan bacaan Qur'an dapat dihadiahkan kepada:
- Orang Tua dan Keluarga: Ini adalah prioritas utama. Mendoakan mereka dengan Al-Fatihah menunjukkan bakti yang tak terputus setelah mereka tiada, atau sebagai bentuk syukur saat mereka masih hidup.
- Kaum Muslimin yang Telah Wafat (Arwah): Menghadiahkan Al-Fatihah kepada seluruh muslimin, khususnya kerabat, guru, atau orang yang pernah berjasa, adalah cara efektif untuk meringankan beban mereka di alam kubur.
- Orang yang Masih Hidup: Anda dapat menghadiahkan Al-Fatihah (bersama doa) kepada sahabat yang sedang sakit, dilanda kesulitan, atau sekadar untuk menambah keberkahan hidup mereka.
- Nabi Muhammad SAW dan Para Nabi Lainnya: Mengirimkan shalawat dan salam, diikuti dengan Al-Fatihah, adalah bentuk kecintaan dan penghormatan tertinggi.
Perspektif Keilmuan Mengenai Hadiah Amal
Dalam tradisi Sunni, terdapat perbedaan pandangan mengenai sampainya pahala amalan non-doa (seperti sedekah atau bacaan Qur'an) kepada mayit. Namun, mayoritas ulama dari berbagai mazhab sepakat bahwa doa secara langsung pasti sampai. Oleh karena itu, ketika menghadiahkan Al-Fatihah, niat yang paling kuat adalah menjadikan bacaan tersebut sebagai 'pengantar' doa permohonan kepada Allah SWT agar Dia berkenan melimpahkan rahmat-Nya kepada yang dituju.
Ketika kita membaca Al-Fatihah dengan khusyuk, kita sedang berkomunikasi dengan Allah. Kita memohon rahmat atas nama Surah Agung ini. Niat kita adalah:
"Ya Allah, aku membaca Surah Al-Fatihah ini, kupersembahkan pahalanya (atau sebagai wasilah doa) untuk si Fulan/si Fulanah, Ya Allah terimalah permohonan kami dan rahmatilah mereka dengan rahmat-Mu yang luas."
Dengan cara ini, hadiah Al-Fatihah menjadi sarana komunikasi spiritual yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Tata Cara Praktis Menghadiahkan
Tidak ada tata cara ritual khusus yang baku mengenai bagaimana cara 'mengirim' hadiah ini, yang terpenting adalah ketulusan niat dan konsentrasi saat membaca.
- Niatkan dalam hati sebelum atau setelah membaca Al-Fatihah.
- Ucapkan dalam hati (atau dengan suara pelan) kepada siapa pahala/doa itu ditujukan.
- Bacalah Al-Fatihah (bisa satu kali, tiga kali, tujuh kali, atau lebih, sesuai keinginan).
- Tutup dengan doa permohonan kepada Allah SWT.
Mengamalkan ini secara rutin, misalnya setelah shalat fardhu, adalah investasi spiritual yang kecil namun dampaknya sangat besar, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang yang kita cintai. Hadiah Al-Fatihah adalah pengingat abadi bahwa ikatan ukhuwah dan kasih sayang seorang mukmin tidak terputus oleh batas dunia dan akhirat.