Surah Al-Fil (Surah Gajah) adalah surah ke-105 dalam Al-Qur'an yang memiliki makna mendalam dan kisah heroik yang menjadi pelajaran penting bagi umat Islam. Bagi penutur bahasa Melayu, pemahaman tentang maksud surah ini seringkali diperkuat dengan bacaan atau penjelasan dalam tulisan Jawi. Tulisan Jawi merupakan aksara Arab yang digunakan untuk menulis bahasa Melayu, sehingga memberikan dimensi kultural dan historis yang kaya dalam memahami ayat-ayat suci.
Maksud utama Surah Al-Fil terpusat pada peristiwa ajaib yang menimpa pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, seorang raja Yaman. Abrahah berencana menghancurkan Ka'bah di Mekah karena ia ingin mengalihkan pusat ibadah Arab ke katedral megah miliknya di Yaman. Pasukan gajah yang dibawa Abrahah sangat besar dan ditakuti, sehingga banyak suku Arab yang gentar dan tidak berani melawannya.
Ketika pasukan ini tiba di dekat Mekah, Allah SWT mengirimkan pertolongan-Nya dalam bentuk pasukan burung kecil yang dikenal sebagai "Ababil". Burung-burung ini membawa batu-batu kerikil panas dari neraka (sijjiil) dan melemparkannya ke arah pasukan Abrahah. Batu-batu tersebut menghancurkan seluruh pasukan gajah hingga luluh lantak, seperti daun yang dimakan ulat. Peristiwa ini menjadi kemenangan luar biasa bagi kaum Muslimin dan kaum Quraisy, serta menjadi bukti nyata kekuasaan mutlak Allah SWT.
Dalam konteks Jawi, Surah Al-Fil seringkali dibaca dan diajarkan sebagai pengingat akan kebesaran Allah SWT. Penulisan ayat-ayat Al-Qur'an dalam Jawi memungkinkan masyarakat Muslim di Nusantara, khususnya yang terbiasa dengan aksara tersebut, untuk meresapi makna ayat secara lebih dekat dengan tradisi linguistik mereka.
Maksud utama yang terkandung dalam Surah Al-Fil, ketika dijelaskan dalam bahasa yang berakar pada tradisi Jawi, menekankan beberapa poin penting:
Penggunaan tulisan Jawi dalam menerjemahkan atau menjelaskan maksud Surah Al-Fil tidak hanya sekadar mengganti aksara Latin dengan Arab. Ia membawa serta kekayaan kosakata Melayu klasik yang sering digunakan dalam konteks keagamaan. Ketika seorang murid mempelajari "maksud Surah Al-Fil dalam Jawi," ia tidak hanya menghafal arti kata per kata, tetapi juga terhubung dengan cara penafsiran yang telah diwariskan secara turun-temurun dalam tradisi keilmuan Islam di rantau Melayu.
Teks Jawi seringkali dipilih karena kemampuannya untuk memadukan unsur linguistik lokal dengan terminologi agama yang kuat. Dalam konteks Surah Al-Fil, penjelasan Jawi memastikan bahwa narasi tentang burung Ababil dan kehancuran gajah Abrahah disampaikan dengan kejelasan moral yang utuh, menekankan bahwa pertolongan Allah datang dalam bentuk yang tidak terduga kepada hamba-Nya yang berserah diri.
Meskipun peristiwa Surah Al-Fil terjadi ribuan tahun lalu, maksudnya tetap relevan hingga kini. Ia mengajarkan pentingnya tawakal dan keyakinan bahwa setiap bentuk kezaliman pasti akan menghadapi pembalasan yang setimpal dari Sang Pencipta. Dalam setiap kesulitan, umat Islam diingatkan untuk mengingat kisah gajah dan burung Ababil sebagai jaminan bahwa pertolongan Allah selalu ada bagi mereka yang teguh dalam kebenaran. Pemahaman mendalam melalui medium tulisan Jawi memperkuat ikatan spiritual ini, menjadikan Surah Al-Fil lebih dari sekadar bacaan, tetapi sebuah pengajaran hidup.