Surat Al-Lail (Malam) adalah salah satu surat Makkiyah yang kaya akan sumpah-sumpah agung Allah SWT untuk menegaskan kebenaran janji-Nya. Ayat 1 hingga 21 secara khusus membahas tentang perbedaan jalan hidup manusia, yaitu jalan orang yang membelanjakan hartanya karena ketakwaan dan jalan orang yang kikir karena kesombongan, serta konsekuensi akhir dari pilihan mereka.
Pembukaan surat ini dimulai dengan sumpah Allah atas fenomena alam yang kontras, menegaskan bahwa setiap usaha manusia akan diperhitungkan.
Ayat-ayat awal ini menetapkan fondasi utama surat ini: adanya dualitas dan variasi dalam penciptaan (malam vs siang, laki-laki vs perempuan) yang merefleksikan perbedaan dalam usaha dan hasil akhir manusia. Ayat 4 adalah inti dari sumpah ini: usaha manusia tidaklah sama. Ada yang menuju surga, dan ada yang menuju neraka.
Allah SWT kemudian merinci salah satu jalan usaha, yaitu jalan orang yang membelanjakan hartanya untuk kebaikan dan mengharapkan keridhaan Allah, bukan balasan duniawi.
Tiga sifat utama digarisbawahi di sini: memberi (kedermawanan), bertakwa (menjauhi maksiat), dan membenarkan janji Allah (iman). Balasan bagi mereka bukanlah pujian atau kekayaan tambahan di dunia, melainkan kemudahan dalam menjalani ketaatan dan mencapai kebahagiaan hakiki.
Di sisi lain, terdapat jalan kesesatan yang ditandai dengan sifat kikir, merasa diri sudah cukup (angkuh), dan menolak kebenaran tentang Hari Pembalasan. Konsekuensinya adalah kemudahan menuju jalan kesukaran, dan kekayaan duniawi yang ia kumpulkan tidak akan mampu menyelamatkannya saat kematian menjemput dan ia menemui azab.
Ayat-ayat selanjutnya menegaskan bahwa tugas manusia hanyalah memberi peringatan, sementara petunjuk dan peringatan itu hanya berguna bagi mereka yang mau menerima.
Ayat ini menegaskan otoritas penuh Allah atas petunjuk dan kepemilikan seluruh alam, baik dunia maupun akhirat. Tugas manusia hanyalah berupaya berdasarkan petunjuk tersebut.
Neraka diperuntukkan bagi yang paling celaka, yaitu mereka yang mendustakan ajaran Allah dan berpaling darinya. Sebaliknya, orang yang paling bertakwa dijauhkan dari api tersebut. Kunci dijauhkan dari neraka adalah kedermawanan yang didasari niat memurnikan jiwa (tazkiyatun nafs).
Ayat penutup ini menyempurnakan makna kedermawanan. Tidak ada seorang pun yang berhak menerima balasan atas sedekah yang diberikan, kecuali karena mencari keridhaan Allah semata. Dan sebagai balasan atas ketulusan itu, Allah SWT menjamin akan memberikan keridhaan yang tiada tara di akhirat kelak.
Secara keseluruhan, Surat Al-Lail ayat 1-21 adalah pengingat kuat bahwa kehidupan adalah ujian atas pilihan antara kemurahan hati berbasis iman melawan sifat kikir berbasis kesombongan. Usaha di dunia menentukan nasib di akhirat.