Ilustrasi simbol tauhid dan pertumbuhan rezeki.
Surat Al-Ikhlas, yang terdiri dari empat ayat pendek dalam Al-Qur'an, seringkali disebut sebagai sepertiga Al-Qur'an karena kandungan maknanya yang mendalam mengenai keesaan Allah SWT (Tauhid). Namun, keutamaan surat ini tidak hanya terbatas pada penguatan akidah semata. Banyak riwayat sahih dan amalan yang menunjukkan bahwa membaca surat Al-Ikhlas secara rutin dan dengan pemahaman yang benar memiliki korelasi kuat dengan kemudahan urusan duniawi, termasuk kelancaran rezeki.
Konsep rezeki dalam Islam terikat erat dengan keimanan. Ketika seseorang benar-benar memahami makna Al-Ikhlas—bahwa Allah adalah Yang Maha Esa, tempat bergantung segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada satupun yang setara dengan-Nya—maka ketergantungannya hanya tertuju kepada Sang Pemberi Rezeki. Hal ini menumbuhkan ketenangan hati (tawakkal) yang merupakan kunci pembuka pintu rahmat dan kemudahan.
Ayat pertama, "Qul Huwa Allahu Ahad" (Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa), secara langsung menegaskan sumber segala pertolongan dan karunia. Jika hati seorang hamba sudah mantap bahwa hanya Allah yang berkuasa memberikan rezeki, ia akan terlepas dari rasa takut kehilangan atau ketergantungan berlebihan kepada makhluk. Ketergantungan total ini, secara spiritual, menarik pertolongan ilahiah dalam urusan mencari nafkah.
Beberapa hadis memberikan indikasi kuat mengenai manfaat membaca Al-Ikhlas, yang dampaknya meluas pada kehidupan material dan spiritual. Salah satu riwayat terkenal menyebutkan bahwa membaca surat Al-Ikhlas sama nilainya dengan membaca sepertiga Al-Qur'an. Walaupun pahala utamanya adalah ganjaran akhirat, kesungguhan dalam beribadah dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW seringkali dibalas dengan kemudahan dalam urusan dunia.
Para ulama juga mengajarkan bahwa membaca Al-Ikhlas ketika menghadapi kesulitan rezeki atau kebutuhan mendesak, bersamaan dengan shalat sunnah tertentu, dapat menjadi wasilah yang mustajab. Energi spiritual yang terkandung dalam pengakuan tauhid ini membersihkan hati dari keserakahan dan mengarahkan usaha pencarian rezeki pada jalan yang diridai Allah.
(Surat Al-Ikhlas: 1-4)
Kata "Ikhlas" yang menjadi nama surat ini juga relevan dengan kualitas rezeki yang diperoleh. Rezeki yang berkah adalah rezeki yang didapatkan dengan cara yang halal dan diniatkan murni karena ketaatan kepada Allah, bukan sekadar mengejar jumlah materi. Dengan menghayati Al-Ikhlas, seorang muslim didorong untuk memastikan bahwa sumber penghidupannya bersih dan usahanya dilakukan dengan cara yang tidak menzalimi orang lain.
Ketika rezeki datang melalui usaha yang dilandasi keikhlasan (yaitu, melakukan pekerjaan dengan baik meskipun tidak ada yang melihat, semata-mata karena Allah), maka keberkahan akan menyertainya. Rezeki yang sedikit namun penuh berkah jauh lebih baik daripada rezeki yang melimpah namun membawa kegelisahan dan masalah.
Untuk merasakan manfaat spiritual dan material dari surat Al-Ikhlas, menjadikannya bacaan rutin adalah kunci. Beberapa praktik yang sering dianjurkan meliputi:
Kesimpulannya, keutamaan surat Al-Ikhlas dalam kaitannya dengan rezeki terletak pada kekuatan tauhid di dalamnya. Dengan memurnikan keyakinan bahwa hanya Allah yang mampu memberikan kelapangan rezeki, hati menjadi tenang, usaha menjadi lebih terarah, dan pintu-pintu rahmat rezeki yang seringkali tersembunyi menjadi terbuka. Ini adalah hubungan simbiosis antara penguatan iman dan kemudahan urusan dunia.