Kehangatan Penyejuk Hati Setelah Kesulitan
Surat Ad-Dhuha (bahasa Arab: الضحى) adalah surat ke-93 dalam Al-Qur'an dan termasuk dalam juz 30, yaitu juz terakhir. Surat ini terdiri dari 11 ayat dan termasuk golongan Makkiyah, diturunkan di Mekkah. Nama "Ad-Dhuha" diambil dari ayat pertama yang berarti "waktu dhuha" atau pagi menjelang siang.
Surat ini diturunkan pada masa-masa sulit yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW, khususnya ketika wahyu sempat terputus untuk sementara waktu. Kekhawatiran Nabi dan kesedihan beliau menjadi latar belakang utama turunnya surat yang penuh dengan penghiburan, penegasan kasih sayang Allah SWT, dan janji bahwa masa depan akan lebih baik daripada masa lalu.
Berikut adalah sebagian dari teks Surat Ad-Dhuha beserta maknanya, sebagai pengingat akan janji dan rahmat Allah.
(Ayat 1-5 dari Surat Ad-Dhuha)
Surat Ad-Dhuha adalah surat motivasi ilahiah yang memiliki kedalaman makna luar biasa bagi setiap Muslim yang menghadapinya kesulitan. Beberapa pelajaran utama yang dapat kita petik antara lain:
Ayat "مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ" (Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada murka kepadamu) merupakan penenang terbesar. Ketika seseorang merasa sendiri, ditinggalkan, atau diuji dengan keheningan ilahi, surat ini mengingatkan bahwa Allah SWT selalu bersama, meski ujian tampak lama. Putusnya wahyu sesaat bagi Nabi SAW adalah bagian dari skenario besar, bukan tanda kemurkaan.
Janji bahwa "وَلَلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ" (Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang pertama) memberikan perspektif bahwa kesulitan di dunia ini hanyalah sementara. Ini berlaku baik untuk akhirat (yang pasti lebih baik) maupun bagi kehidupan duniawi—bahwa kesulitan hari ini akan digantikan oleh kemudahan dan kemenangan di hari esok.
Ayat terakhir, "وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ" (Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga kamu menjadi puas), menjanjikan tingkat kepuasan yang tidak bisa dicapai melalui usaha duniawi semata. Kepuasan sejati (Ridha) datang langsung dari Pemberi rezeki, menjamin ketenangan batin yang absolut.
Surat ini juga mengarahkan Nabi SAW (dan umatnya) untuk merespons nikmat tersebut dengan berbuat baik kepada sesama. Setelah mengingatkan tentang nikmat masa lalu (kesedihan yang digantikan kebahagiaan), Allah memerintahkan untuk memuliakan anak yatim dan menampakkan nikmat rezeki kepada orang lain. Ini mengajarkan siklus syukur: menerima, merasa puas, dan memberi kembali.
Juz 30, yang sering disebut sebagai Juz 'Amma, memuat surat-surat pendek yang sering dihafal dan dibaca dalam shalat sehari-hari. Ad-Dhuha menempati posisi penting di awal juz ini karena ia berfungsi sebagai jangkar spiritual. Di saat seorang Muslim mungkin merasa lemah atau tertekan, membaca ayat-ayat Ad-Dhuha diyakini dapat mengembalikan optimisme dan kepercayaan diri bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya.
Surat ini mengajak kita untuk merenungkan pergantian keadaan; dari gelap menuju terang, dari kesempitan menuju keluasan. Keindahan bahasa dan jaminan yang terkandung di dalamnya menjadikannya penyejuk hati, mengingatkan bahwa di balik setiap awan kelabu, matahari (rahmat) Allah selalu siap untuk bersinar kembali.