Di Maria (Diogo Dalot) saat membela panji Rossoneri.
Kisah pinjaman Diogo Dalot ke AC Milan pada musim 2020/2021 merupakan salah satu transfer yang paling menarik perhatian publik sepak bola. Datang dari Manchester United, Dalot bukanlah nama baru di peta Eropa, namun kepindahannya ke San Siro memberinya kesempatan vital untuk membuktikan kapasitasnya yang sempat tertahan di Inggris. Keputusan ini bukan sekadar perpindahan biasa; ini adalah langkah strategis bagi pemain muda Portugal tersebut untuk mendapatkan menit bermain reguler di liga yang dikenal sangat menuntut taktik dan kedisiplinan, yaitu Serie A Italia.
AC Milan di bawah asuhan Stefano Pioli sedang membangun kembali kejayaan mereka. Mereka membutuhkan bek sayap yang fleksibel, mampu bertahan dengan baik layaknya bek Italia tradisional, namun juga memiliki atribut ofensif modern. Inilah celah yang diisi oleh Dalot. Meskipun awalnya mungkin terasa sedikit adaptasi, bek kanan berusia awal dua puluhan ini secara bertahap menemukan ritmenya. Kehadirannya memberikan dimensi baru pada sisi pertahanan Milan, khususnya ketika mereka bermain dalam formasi tiga bek tengah yang sering digunakan Pioli.
Serie A seringkali menjadi 'universitas' bagi bek sayap muda. Dibandingkan dengan kecepatan dan intensitas Liga Primer, Serie A menuntut pemahaman posisi yang lebih mendalam. Dalot, yang secara alami adalah pemain menyerang dari Porto, harus banyak belajar tentang bagaimana menutup ruang, mengantisipasi pergerakan lawan, dan menjaga garis pertahanan. Perkembangan terlihat jelas sepanjang musim tersebut. Ia mulai menunjukkan kedewasaan yang jarang terlihat pada pemain seumurnya. Kemampuannya untuk bertukar posisi dengan bek sayap kiri atau bahkan terkadang berperan sebagai bek sayap ketiga dalam build-up serangan membuatnya sangat berharga bagi skema Pioli.
Salah satu aspek yang paling menonjol dari Dalot AC Milan adalah kontribusinya di lini depan. Meskipun tugas utamanya adalah bertahan, Dalot memiliki umpan silang yang akurat dan naluri untuk maju saat tim membutuhkan dukungan. Ia seringkali menjadi sumber kreativitas di sisi kanan, mengirimkan umpan silang berbahaya yang dimanfaatkan oleh penyerang seperti Zlatan Ibrahimović atau Ante Rebić. Statistik gol dan assist-nya mungkin tidak setinggi bek sayap murni, namun efektivitasnya dalam membangun serangan dari belakang sangat dihargai oleh staf pelatih.
Periode peminjaman Dalot di Milan terbukti menjadi periode yang sukses, baik bagi sang pemain maupun klub. Milan berhasil finis di posisi yang menjamin Liga Champions, dan Dalot menjadi bagian integral dari pertahanan yang solid. Keberhasilan ini memunculkan spekulasi besar mengenai masa depannya. Apakah Manchester United akan memanggilnya kembali untuk menjadi starter reguler, atau akankah Milan berjuang keras untuk mengamankan jasa sang pemain secara permanen?
Bagi Dalot, Milan bukan hanya tempat untuk bermain, melainkan tempat di mana ia menemukan kembali kepercayaan dirinya setelah menghadapi kesulitan bermain reguler di Old Trafford. Hubungan baiknya dengan pelatih, rekan satu tim, dan terutama para penggemar Milan—yang dikenal sangat menuntut—menunjukkan bahwa ia mampu menanggung tekanan di salah satu klub terbesar di dunia. Keputusan akhir seringkali bergantung pada rencana jangka panjang klub induknya, namun dampak yang ia tinggalkan di San Siro tidak dapat disangkal. Penampilannya membuka mata banyak orang bahwa Dalot adalah aset yang sangat potensial, siap bersinar di panggung terbesar Eropa, terlepas dari seragam mana yang ia kenakan selanjutnya. Pengalaman di Milan memberinya fondasi yang kokoh untuk karir level atas.
Secara keseluruhan, masa singkat Dalot di AC Milan adalah studi kasus sempurna tentang bagaimana peminjaman yang terencana dengan baik dapat menjadi katalisator bagi perkembangan seorang pemain muda yang berbakat. Ia datang sebagai prospek, dan pergi sebagai pemain yang telah membuktikan kemampuannya di kompetisi elit Eropa.