Panduan Lengkap: Cara Adzan yang Benar Sesuai Sunnah
Adzan adalah seruan agung yang mengumumkan tibanya waktu shalat fardhu, sekaligus menjadi syiar Islam yang paling fundamental. Mengumandangkan adzan dengan tata cara yang benar merupakan tuntunan langsung dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Adzan yang sah bukan hanya soal lafadz, tetapi juga melibatkan syarat, rukun, dan sunnah yang harus diperhatikan oleh seorang muadzin.
Perlu dipahami bahwa adzan memiliki kedudukan yang mulia. Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda, "Seandainya orang-orang mengetahui keutamaan adzan dan shaf (barisan) pertama, niscaya mereka akan berlomba-lomba mendapatkannya." Oleh karena itu, menyempurnakan cara adzan adalah bentuk penghormatan terhadap syariat ini.
1. Syarat Sah Adzan
Sebelum membahas lafadz, seorang muadzin harus memastikan beberapa syarat terpenuhi agar adzan yang dikumandangkan dianggap sah di sisi syariat:
Islam: Orang yang adzan harus beragama Islam.
Baligh dan Berakal: Adzan sah dilakukan oleh orang yang telah mencapai usia baligh dan memiliki akal sehat. Walaupun anak kecil yang sudah mumayyiz kadang diizinkan, namun idealnya dilakukan oleh yang baligh.
Waktu Shalat Sudah Masuk: Adzan harus dikumandangkan setelah masuk waktu shalat yang dituju (kecuali adzan subuh yang pertama, yang memiliki kekhususan).
Tertib (Terturut-turut): Lafadz adzan harus diucapkan secara berurutan sesuai urutan yang telah ditetapkan.
Lafadz Arab: Menggunakan lafadz adzan yang telah ditetapkan dalam syariat Islam (bahasa Arab).
2. Lafadz Adzan yang Benar
Lafadz adzan terdiri dari tahmid, tasbih, dan penetapan keesaan Allah serta kerasulan Nabi Muhammad ﷺ. Urutan yang benar dan sesuai dengan sunnah adalah sebagai berikut:
Allahu Akbar, Allahu Akbar (4 kali)
Asyhadu an laa ilaaha illallaah (2 kali)
Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaah (2 kali)
Hayya 'alas shalaah (2 kali)
Hayya 'alal falaah (2 kali)
Allahu Akbar, Allahu Akbar (2 kali)
Laa ilaaha illallaah (1 kali)
Kekhususan Adzan Subuh
Untuk adzan Subuh, terdapat tambahan lafadz yang diucapkan setelah Hayya 'alal falaah:
Ash-shalaatu khairum minan nauum (2 kali)
Artinya: Shalat itu lebih baik daripada tidur.
3. Tata Cara dan Sunnah dalam Adzan
Selain lafadz yang benar, ada beberapa sunnah yang dianjurkan untuk menyempurnakan adzan:
Menghadap Kiblat: Sunnah bagi muadzin untuk menghadap kiblat saat mengumandangkan adzan.
Menggunakan Dua Jari di Telinga: Muadzin dianjurkan meletakkan kedua telunjuknya di lubang telinga. Tujuannya adalah mengeraskan suara dan menjaga agar suara tidak pecah.
Memutar Kepala (Tahwil): Ketika mengucapkan Hayya 'alas shalaah (dua kali), muadzin disunnahkan memutar kepala ke kanan. Kemudian ketika mengucapkan Hayya 'alal falaah (dua kali), ia memutar kepala ke kiri. Namun, gerakan kepala ini tidak disertai dengan memutar seluruh badan.
Suara yang Jelas dan Keras: Adzan harus dikumandangkan dengan suara yang lantang dan jelas agar dapat terdengar oleh orang-orang di sekitarnya, sebagaimana fungsi utama seruan ini.
Tartil (Tidak Terburu-buru): Lafadz adzan harus diucapkan dengan perlahan, tidak terburu-buru, dan dengan nada yang merdu (tartil).
Berwudhu: Meskipun tidak menjadi syarat sah, namun lebih utama muadzin dalam keadaan berwudhu saat adzan.
4. Perbedaan Adzan dan Iqamah
Sering terjadi kebingungan antara adzan dan iqamah. Meskipun keduanya adalah seruan shalat, terdapat perbedaan signifikan:
Lafadz: Lafadz iqamah hampir sama dengan adzan, namun pada iqamah tidak ada pengulangan lafadz di awal dan akhir. Selain itu, pada iqamah ditambahkan lafadz "Qad qaamatish shalaah" (2 kali) setelah "Hayya 'alal falaah."
Isyarat: Adzan dikumandangkan dengan suara keras dan dilakukan di tempat yang tinggi (seperti menara/mikrofon), sementara iqamah dilakukan lebih pelan dan dilakukan tepat di depan shaf shalat.
Urutan: Iqamah dilakukan setelah adzan, sebagai penanda bahwa shalat berjamaah akan segera dimulai.
Penutup
Memahami dan mengamalkan cara adzan yang benar adalah bagian dari menegakkan syiar Islam. Seorang muadzin memegang amanah besar untuk memanggil umat melaksanakan kewajiban agamanya. Dengan mengikuti tata cara yang telah diajarkan, adzan tidak hanya memenuhi kewajiban syariat tetapi juga menjadi penyejuk bagi hati yang mendengarnya.