Batik Sasambo bukan sekadar kain bercorak, melainkan sebuah narasi visual yang tertanam kuat dalam identitas budaya masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB), khususnya suku Sasak di Lombok. Nama 'Sasambo' sendiri merupakan akronim dari tiga etnis besar yang mendiami wilayah tersebut: **Sasak, Samawa (Sumbawa), dan Mbojo (Bima)**. Oleh karena itu, Batik Sasambo menjadi simbol pemersatu dan representasi harmoni dari keberagaman budaya di NTB.
Meskipun batik secara umum identik dengan Jawa, batik NTB, termasuk Sasambo, memiliki ciri khas yang membedakannya. Penggunaan warna cenderung lebih berani dan motifnya sering kali mengambil inspirasi langsung dari flora, fauna endemik, serta arsitektur lokal yang unik di pulau Lombok dan Sumbawa.
Kekuatan utama Batik Sasambo terletak pada kedalaman filosofinya. Setiap goresan malam dan pilihan warna memiliki makna tersirat yang mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat setempat. Motif-motif yang sering muncul meliputi:
Berbeda dengan batik pesisir yang didominasi warna cerah, Batik Sasambo sering kali menggunakan kombinasi warna alam seperti cokelat tanah, hitam pekat, putih gading, dipadukan dengan aksen merah atau biru yang kaya.
Seperti batik pada umumnya, Batik Sasambo dibuat melalui proses penulisan malam pada kain katun atau sutra. Namun, dalam implementasi motif khas Sasambo, seringkali ditemukan teknik pengembangan yang disesuaikan dengan ketersediaan bahan dan warisan turun-temurun.
Para pengrajin Batik Sasambo saat ini berupaya keras menjaga keaslian teknik canting, meskipun inovasi dalam pewarnaan terus dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar modern tanpa menghilangkan esensi budayanya. Keunikan lain adalah penggunaan malam dari lebah hutan yang memberikan tekstur dan aroma yang khas pada kain yang telah jadi.
Saat ini, Batik Sasambo telah bertransformasi menjadi identitas fashion yang membanggakan bagi NTB. Ia tidak hanya digunakan dalam upacara adat atau ritual keagamaan, tetapi juga telah merambah dunia korporat dan busana kasual. Banyak desainer lokal yang mengangkat motif Sasambo ke panggung mode, menjadikannya relevan bagi generasi muda.
Pemerintah daerah dan pegiat budaya secara aktif mempromosikan Batik Sasambo sebagai warisan tak benda yang harus dilestarikan. Dengan dukungan ini, harapan besar tertanam bahwa motif-motif yang merepresentasikan keragaman Sasambo, Samawa, dan Mbojo ini akan terus hidup dan dikenal luas sebagai salah satu kekayaan batik Indonesia yang otentik.