Surah Ad-Dhuha, yang terletak di juz ke-30 Al-Qur'an, adalah salah satu surat pendek namun sarat makna yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada masa-masa sulit. Penamaan surat ini diambil dari kata pertama ayat pembukanya, yang berarti "Waktu Dhuha" atau pagi menjelang siang.
Surat ini berfungsi sebagai penyejuk hati bagi Rasulullah ﷺ ketika beliau sempat merasa jeda dalam menerima wahyu. Kehadiran surat ini menjadi pengingat bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya, bahkan di saat-saat keraguan atau kesunyian ilahi.
وَٱلضُّحَىٰ (1)
Demi waktu dhuha (pagi),
Sumpah Allah dengan waktu dhuha bukanlah tanpa alasan. Waktu dhuha adalah periode ketika energi baru mulai menyelimuti bumi, ketika matahari telah meninggi namun belum mencapai puncaknya yang membakar. Ini adalah waktu transisi, simbol kesegaran, dan permulaan aktivitas.
Ayat-ayat berikutnya melanjutkan rangkaian janji ilahi yang mendalam. Allah menegaskan bahwa Dia tidak meninggalkan Muhammad dan tidak pula membenci beliau, sebuah penghiburan mutlak bagi seorang nabi yang sedang menghadapi ujian berat dari kaumnya.
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ (2)
Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak (pula) membencimu.
Pesan ini relevan bagi setiap muslim yang pernah merasakan ditinggalkan atau merasa jauh dari pertolongan Allah. Surat ini mengajarkan bahwa dalam kegelapan sesaat, harus selalu ada keyakinan pada kebaikan yang akan datang. Allah yang bersumpah dengan waktu dhuha, adalah Dzat yang pasti menepati janji-Nya.
Salah satu ayat paling menenangkan dalam surah ini adalah janji tentang masa depan yang cerah. Allah tidak hanya menghilangkan kesedihan masa lalu, tetapi menjanjikan keuntungan yang melampaui harapan:
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ (5)
Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau rida (6)
Ayat ini sering diartikan bahwa balasan dunia dan akhirat yang akan diterima Rasulullah akan jauh lebih besar daripada kesusahan yang beliau alami saat itu. Ini adalah afirmasi bahwa kesabaran pasti berbuah kepuasan yang hakiki.
Setelah menerima penghiburan dan janji kemuliaan, Allah memerintahkan manusia untuk membalas nikmat tersebut melalui tindakan nyata. Dua perintah utama yang ditekankan adalah:
Sebagai penutup, Surat Ad-Dhuha mengingatkan kita untuk selalu menceritakan dan mengakui nikmat yang telah Allah berikan. Mengingat kemudahan setelah kesusahan (seperti terang setelah gelapnya malam) akan menguatkan iman kita.
Surah ini tidak hanya teks sejarah; ia adalah panduan praktis. Selain membacanya sebagai ibadah, semangat "Dhuha" dapat diterapkan:
Shalat Dhuha: Melaksanakan shalat sunnah pada waktu pagi ini secara historis diyakini membawa rezeki dan kemudahan. Ia adalah bentuk syukur fisik kita atas dimulainya hari baru.
Optimisme Pagi: Mulailah hari dengan semangat bahwa Allah bersama kita. Jangan biarkan kegagalan kemarin menghalangi potensi hari ini.
Kepedulian Proaktif: Jadikan perintah untuk menolong anak yatim dan fakir miskin sebagai bagian dari prioritas hidup, bukan sekadar kewajiban sesekali. Sebab, janji Allah untuk memberi keridhaan-Nya terkait erat dengan sikap kita terhadap sesama yang lemah.
Kesimpulannya, Ayat Al-Dhuha adalah mercusuar harapan. Ia mengajarkan bahwa di balik setiap kesulitan terdapat janji kemudahan, dan bahwa waktu terbaik untuk meraih karunia Ilahi adalah setelah melewati masa penantian dengan sabar dan bersyukur.