Surah Ad-Dhuha, surah ke-93 dalam Al-Qur'an, merupakan wahyu yang turun pada saat Nabi Muhammad SAW mengalami masa-masa sulit dan sempat mengalami jeda turunnya wahyu. Surah ini penuh dengan penghiburan, penegasan kasih sayang Allah, dan janji akan masa depan yang gemilang. Di antara ayat-ayat yang penuh makna tersebut, **Ayat 5 Surah Ad-Dhuha** memegang peranan penting sebagai puncak janji Ilahi.
Teks Ayat 5 Surah Ad-Dhuha
Terjemahan dan Penjelasan
Terjemahan dari ayat ini adalah: "Dan sungguh, Tuhanmu kelak pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau pun merasa puas."
Ayat ini adalah sebuah janji besar dari Allah SWT kepada Rasul-Nya. Setelah Allah menegaskan bahwa Dia tidak meninggalkan Muhammad SAW dan tidak membenci beliau (seperti yang disebutkan dalam ayat sebelumnya), ayat kelima ini hadir sebagai penutup rangkaian penghiburan yang berfokus pada masa depan yang penuh kemuliaan dan keridhaan.
Kontekstualitas Janji Ilahi
Pada saat wahyu ini turun, kegelisahan Nabi Muhammad SAW sangat besar. Ada kekhawatiran bahwa hubungan dengan Jibril terputus, atau bahwa Allah telah berpaling. Surah Ad-Dhuha secara keseluruhan berfungsi untuk menghapus keraguan dan kesedihan tersebut. Ayat 1 hingga 4 berbicara tentang masa lalu yang ditinggalkan (kegelapan masa jahiliah dan kesendirian), sementara ayat 5 dan 6 berbicara tentang masa depan yang penuh kemuliaan.
"Wa lasawfa yu'thīka Rabbuka fa tartadā" mengandung dua unsur utama: pemberian (al-'aṭā') dan keridhaan (ar-riḍā').
1. Pemberian (Al-'Aṭā')
Kata "sawfa" (kelak/pasti) menegaskan kepastian janji tersebut. Pemberian yang dimaksud oleh para mufassir sangat luas maknanya. Ini tidak hanya merujuk pada kemenangan di dunia, tetapi juga pada anugerah tertinggi di akhirat.
- Kemenangan Duniawi: Penaklukan Makkah, kemenangan dalam peperangan, dan tersebarnya Islam hingga ke seluruh penjuru Jazirah Arab.
- Kedudukan Akhirat: Syafaat (pertolongan) yang agung bagi umatnya, dan kedudukan tertinggi di sisi Allah SWT.
Intinya, Allah menjanjikan bahwa segala upaya, kesabaran, dan ketabahan Nabi Muhammad SAW akan dibalas dengan balasan yang jauh melampaui apa yang pernah beliau rasakan dalam kesulitan.
2. Keridhaan (Fa Tartadā)
Bagian kedua, "fa tartadā" (sehingga engkau pun merasa puas), adalah puncak dari janji tersebut. Keridhaan di sini bermakna ketenangan hati yang sempurna. Nabi Muhammad SAW akan mencapai tingkat kepuasan spiritual dan emosional yang absolut.
Para ulama berpendapat bahwa keridhaan tertinggi yang diberikan Allah kepada Nabi-Nya adalah ketika beliau melihat umatnya dimasukkan ke dalam surga, di mana beliau tidak akan ridha jika ada satu pun dari pengikutnya yang tertinggal di dalam neraka. Ini adalah bentuk keridhaan yang universal dan mendalam.
Pelajaran Penting dari Ayat 5
Ayat 5 Surah Ad-Dhuha memberikan pelajaran fundamental bagi setiap Muslim yang sedang menghadapi ujian hidup:
- Harapan Pasca Kesulitan: Kesulitan dan jeda (seperti jeda turunnya wahyu) bukanlah tanda ditinggalkan, melainkan jeda sebelum peningkatan anugerah yang lebih besar. Jika kita merasa Allah menjauh, ingatlah janji bahwa Dia akan memberikan karunia-Nya.
- Kepastian Janji Allah: Penggunaan partikel penekanan "la" dan "sawfa" menunjukkan bahwa janji Allah pasti terwujud. Tugas kita adalah bersabar dan terus beramal saleh dalam penantian tersebut.
- Mengejar Ridha Allah: Tujuan akhir seorang hamba adalah mencapai keridhaan Allah. Ketika Allah telah menjamin keridhaan Rasul-Nya, ini menjadi motivasi bagi umatnya untuk mengikuti jejak beliau demi mencapai ridha Ilahi.
Surah Ad-Dhuha, khususnya ayat kelima ini, adalah jaminan keamanan spiritual. Ia mengingatkan kita bahwa di balik setiap malam yang panjang, fajar kemenangan dan kepuasan pasti akan menyingsing, asalkan kita tidak pernah kehilangan keyakinan penuh kepada Rabb yang Maha Pengasih dan Maha Pemberi.