Simbol keabadian dan dominasi
Dalam kanvas sejarah sepak bola Inggris, terdapat satu musim yang dicat dengan tinta emas dan tidak akan pernah pudar: musim ketika Arsenal, di bawah asuhan Arsène Wenger, menaklukkan seluruh kompetisi liga tanpa satu pun kekalahan. Mereka dijuluki "The Invincibles," sebuah label yang pantas disematkan pada tim yang mendefinisikan ulang arti kesempurnaan dalam liga domestik.
Musim ini bukan hanya tentang memenangkan gelar; ini adalah tentang cara mereka melakukannya. Mereka bermain dengan fluiditas, kecepatan, dan kecerdasan taktis yang jarang terlihat. Dari benteng pertahanan yang dipimpin oleh Kolo Touré dan Sol Campbell, hingga lini tengah yang dikendalikan oleh kapten sejati Patrick Vieira, setiap pemain memahami peran mereka dengan sempurna.
Arsène Wenger adalah arsitek utama di balik keajaiban ini. Ia membangun tim yang seimbang, memadukan kedisiplinan fisik dengan estetika menyerang yang memikat. Fokusnya pada nutrisi, pelatihan modern, dan mengasah bakat muda menghasilkan sebuah kolektif yang hampir kebal dari tekanan. Mereka mencetak gol indah, tetapi yang lebih penting, mereka tahu bagaimana cara bertahan saat situasi mengharuskannya.
Inti dari kekuatan mereka terletak pada persatuan tim. Tidak ada ego yang mendominasi. Setiap gol yang dicetak oleh Thierry Henry, yang menjadi mesin gol utama musim itu, adalah hasil kerja keras seluruh tim. Henry sendiri menikmati salah satu musim pribadinya yang paling fenomenal, memenangkan Sepatu Emas Eropa dan memimpin daftar pencetak gol liga dengan torehan yang mengesankan.
Perjalanan menuju status tak terkalahkan dipenuhi dengan rintangan yang berhasil mereka atasi. Pertandingan melawan rival berat selalu menjadi ujian mental yang sesungguhnya. Ingatan tentang kemenangan dramatis melawan Manchester United di Old Trafford, melalui gol tunggal kapten Vieira di akhir pertandingan, menjadi penanda bahwa tim ini memiliki karakter baja.
Begitu memasuki paruh kedua musim, tekanan untuk tidak terkalahkan semakin besar. Setiap lawan datang dengan strategi ekstra keras, mencoba menjadi tim pertama yang mematahkan rekor tersebut. Namun, ketika Arsenal berada di bawah tekanan, mereka menemukan cara. Baik itu melalui penyelamatan heroik Jens Lehmann di bawah mistar gawang, atau tendangan voli magis Robert Pirès, mereka selalu punya jawaban.
Kesuksesan ini mustahil terjadi tanpa koleksi pemain kelas dunia yang membentuk inti skuad. Mereka adalah perpaduan sempurna antara pengalaman dan potensi yang meledak. Daftar pemain ini akan selalu dikenang sebagai salah satu tim terbaik yang pernah menghiasi Liga Inggris:
Juga tidak boleh dilupakan kontribusi penting dari pemain pelapis yang memastikan kedalaman skuad tetap terjaga saat rotasi dibutuhkan.
Ketika peluit akhir dibunyikan pada akhir musim, Arsenal mengamankan gelar Premier League dengan rekor tak terkalahkan yang mencakup 38 pertandingan—26 kemenangan dan 12 hasil imbang. Mereka mengakhiri musim dengan total 90 poin. Meskipun mereka tidak memenangkan Liga Champions di tahun itu, dominasi domestik mereka adalah pencapaian yang begitu unik sehingga masih belum ada tim lain yang mampu mereplikasinya hingga saat ini.
Warisan Invincibles adalah pengingat bahwa kesempurnaan, meskipun singkat, bisa dicapai dalam olahraga yang penuh ketidakpastian. Mereka adalah standar emas, sebuah dongeng modern yang terus diceritakan setiap kali skuad lain berjuang untuk menjaga rekor tak terkalahkan mereka di tengah musim yang panjang dan melelahkan. Musim itu adalah puncak seni sepak bola Wenger di London Utara.