Representasi visual dari Matahari (Sun) sebagai sumber energi utama.
Ketika kita berbicara tentang "Sun," pikiran kita otomatis tertuju pada objek langit yang paling vital bagi kehidupan di Bumi: Matahari. Namun, secara ilmiah maupun filosofis, apa sebenarnya "Sun" itu? Kata ini, yang dalam bahasa Inggris berarti Matahari, merujuk pada bintang di pusat tata surya kita, sebuah bola plasma raksasa yang memancarkan cahaya dan energi yang memungkinkan segala bentuk kehidupan untuk berkembang.
Secara mendasar, Sun adalah sebuah bintang katai kuning (G-type main-sequence star) yang usianya diperkirakan sekitar 4,6 miliar tahun. Komposisinya didominasi oleh gas-gas ringan. Sekitar 73% massa Matahari terdiri dari hidrogen, diikuti oleh helium yang menyumbang sekitar 25%, dan sisanya adalah unsur-unsur yang lebih berat seperti oksigen, karbon, neon, dan besi dalam jumlah kecil. Kekuatan pendorong di balik cahayanya yang tak terhingga adalah reaksi fusi nuklir yang terjadi di intinya.
Di inti Matahari, suhu mencapai sekitar 15 juta derajat Celsius, dan tekanan luar biasa tinggi memungkinkan atom-atom hidrogen bergabung membentuk helium. Proses ini melepaskan energi dalam jumlah masif dalam bentuk foton (partikel cahaya) dan neutrino. Energi inilah yang kemudian melakukan perjalanan berabad-abad melalui lapisan-lapisan Matahari—zona radiatif dan zona konvektif—sebelum akhirnya mencapai permukaan yang kita lihat, yaitu fotosfer.
Pertanyaan "apa Sun" tidak akan lengkap tanpa membahas dampaknya terhadap planet kita. Sun adalah motor penggerak utama bagi hampir semua proses di Bumi. Tanpa energinya, planet ini akan menjadi bola es yang gelap dan mati. Energi panas dan cahaya yang dipancarkan oleh Sun memicu siklus air (penguapan dan hujan), menggerakkan sistem cuaca, dan yang terpenting, menjadi fondasi bagi fotosintesis.
Fotosintesis adalah proses ajaib yang dilakukan oleh tumbuhan, alga, dan beberapa bakteri, di mana mereka mengubah energi cahaya Matahari menjadi energi kimia (glukosa) sambil melepaskan oksigen ke atmosfer. Tanpa proses ini, rantai makanan tidak akan pernah ada. Oleh karena itu, baik kita sadari atau tidak, setiap napas yang kita hirup hari ini adalah hasil dari miliaran tahun kerja keras Matahari kita.
Jarak rata-rata antara Bumi dan Sun adalah sekitar 150 juta kilometer, atau satu Unit Astronomi (AU). Menariknya, cahaya yang kita lihat dari Sun saat ini sebenarnya telah melakukan perjalanan selama kurang lebih 8 menit 20 detik untuk mencapai mata kita. Ini menegaskan bahwa ketika kita melihat Matahari, kita sedang melihat masa lalunya.
Selain menyediakan energi, interaksi antara partikel bermuatan tinggi yang dilepaskan oleh Sun (angin Matahari) dengan medan magnet Bumi (magnetosfer) menciptakan fenomena yang indah seperti aurora borealis dan australis. Meskipun kehidupan bergantung padanya, Sun juga membawa potensi ancaman, seperti badai Matahari (solar flares) yang dapat mengganggu jaringan listrik dan komunikasi satelit jika dampaknya terlalu kuat.
Meskipun saat ini Sun adalah bintang yang stabil, ia memiliki umur yang terbatas. Para ilmuwan memprediksi bahwa dalam sekitar 5 miliar tahun mendatang, cadangan hidrogen di intinya akan habis. Ketika hal itu terjadi, Sun akan mulai berubah menjadi raksasa merah (red giant), mengembang hingga mungkin menelan Merkurius dan Venus, dan berpotensi mencapai orbit Bumi. Studi berkelanjutan tentang "apa Sun" saat ini sangat penting untuk memahami evolusi bintang secara umum dan memprediksi nasib tata surya kita di masa depan yang sangat jauh. Memahami Sun adalah memahami fondasi eksistensi kita sendiri.