Mengajar Al-Qur'an bukan sekadar transfer ilmu tajwid atau hafalan, melainkan sebuah amanah mulia yang menuntut kesungguhan dalam setiap aspeknya. Keberhasilan proses pendidikan Al-Qur'an sangat bergantung pada kualitas pembimbingnya, bukan hanya dari segi penguasaan materi, tetapi juga dari segi akhlak dan etika—yang secara kolektif kita sebut sebagai adab mengajar Al-Qur'an.
Adab ini menjadi cerminan penghormatan terhadap Kalamullah (Firman Allah) dan merupakan teladan nyata bagi para peserta didik. Ketika seorang guru menunjukkan adab yang baik, ia secara otomatis menanamkan rasa hormat dan kecintaan terhadap Al-Qur'an pada jiwa muridnya. Artikel ini akan mengulas pilar-pilar utama adab yang harus dimiliki seorang pengajar Al-Qur'an.
1. Adab Terhadap Diri Sendiri (Guru)
Fondasi utama dari adab mengajar adalah kesiapan diri sang guru. Tanpa kesalehan diri, nasihat yang disampaikan akan terasa hampa. Berikut adalah aspek internal yang wajib diperhatikan:
Kesesuaian Perkataan dan Perbuatan (Walk the Talk): Guru harus menjadi teladan utama. Jika mengajarkan pentingnya menjaga wudhu atau membaca dengan tartil, guru sendiri harus melakukannya secara konsisten.
Ikhlas dan Niat Murni: Mengajar Al-Qur'an harus didasari niat mencari keridhaan Allah semata, bukan mencari pujian, status sosial, atau imbalan duniawi. Keikhlasan akan memancarkan energi positif dalam proses belajar mengajar.
Penguasaan Materi yang Mendalam: Seorang guru harus menguasai ilmu Al-Qur'an (tajwid, makharijul huruf, pemahaman dasar tafsir) secara otentik dan teruji. Rasa percaya diri yang lahir dari ilmu yang benar akan menenangkan murid.
Menjaga Kesucian Fisik dan Batin: Guru idealnya senantiasa dalam keadaan suci, menjaga hati dari hasad, dan penampilan fisik yang rapi sebagai bentuk penghormatan terhadap ilmu yang dibawa.
2. Adab Terhadap Al-Qur'an
Perlakuan seorang guru terhadap mushaf Al-Qur'an adalah cerminan penghormatannya terhadap wahyu Ilahi. Adab ini harus ditanamkan pula pada peserta didik.
Memuliakan Mushaf: Meletakkan Al-Qur'an di tempat yang tinggi dan bersih, tidak sembarangan menyentuh atau menjatuhkannya.
Menghindari Pembicaraan Duniawi Saat Memegang Mushaf: Selama proses pengajaran, guru sebisa mungkin menghindari obrolan ringan atau aktivitas yang tidak relevan dengan tadarus Al-Qur'an saat sedang memegang mushaf.
Membaca dengan Tartil dan Tadabbur: Walaupun fokusnya mengajar, guru tetap dituntut untuk membaca dengan indah, perlahan (tartil), dan menghayati makna (tadabbur), sebagai contoh terbaik bagi murid.
3. Adab Terhadap Murid
Hubungan antara guru dan murid dalam konteks pendidikan Al-Qur'an bersifat paternalistik namun penuh kasih sayang. Rasa sayang ini memfasilitasi penerimaan ilmu.
Kesabaran yang Tak Terbatas: Mengajar Al-Qur'an seringkali berhadapan dengan kesalahan berulang. Guru harus memiliki kesabaran luar biasa, memahami bahwa setiap anak memiliki kecepatan belajar yang berbeda. Hindari mencela atau membandingkan kemampuan antar murid.
Pendekatan yang Lembut (Rifq): Rasulullah SAW bersabda bahwa kelembutan diletakkan pada sesuatu melainkan akan menghiasinya, dan dicabut darinya melainkan akan menodainya. Gunakan metode yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
Menyesuaikan Metode Pengajaran: Adab yang baik mencakup kemampuan adaptasi. Guru harus mengenali tingkat pemahaman, usia, dan latar belakang murid, lalu memilih pendekatan yang paling efektif untuk mereka.
Menjaga Rahasia dan Kelemahan Murid: Tidak boleh menyebarluaskan kesalahan atau keterbatasan seorang murid di hadapan orang lain, apalagi di depan teman-temannya. Koreksi dilakukan secara pribadi dan konstruktif.
4. Adab Dalam Proses Pengajaran
Adab ini berfokus pada tata kelola kelas dan interaksi selama sesi belajar mengajar berlangsung.
Guru harus memulai dan mengakhiri majelis dengan doa. Meminta izin kepada murid sebelum mengoreksi secara langsung, misalnya dengan mengatakan, "Bolehkah Ustadz bantu perbaiki posisi hurufnya?" Hal ini menumbuhkan rasa hormat timbal balik.
Selain itu, penting untuk memberikan pujian yang tulus saat murid menunjukkan kemajuan. Apresiasi sekecil apapun dapat menjadi motivasi besar. Mengajar Al-Qur'an adalah menanamkan cahaya, dan adab yang sempurna adalah pelita yang menerangi jalan cahaya tersebut agar sampai dengan selamat dan utuh kepada penerimanya.
Kesimpulannya, adab mengajar Al-Qur'an merupakan perpaduan antara penguasaan ilmu, ketulusan hati, dan akhlak mulia. Guru Al-Qur'an bukan hanya mengajar bacaan, namun juga menanamkan kecintaan dan penghormatan sejati terhadap wahyu Allah SWT, menjadikannya contoh hidup dari ayat-ayat yang ia ajarkan.