Adab dalam Islam bukan sekadar tata krama atau sopan santun lahiriah. Ia adalah manifestasi nyata dari keimanan seseorang yang terinternalisasi dalam perilaku sehari-hari. Secara etimologis, kata "adab" merujuk pada kebiasaan baik, etika, dan tata cara yang terpuji. Dalam konteks syariat, adab mencakup seluruh aspek kehidupan seorang Muslim, mulai dari hubungan vertikal dengan Allah SWT, hubungan horizontal dengan sesama manusia, hingga etika terhadap lingkungan dan makhluk hidup lainnya.
Rasulullah Muhammad SAW diutus bukan hanya untuk mengajarkan tauhid dan ibadah ritual semata, tetapi juga untuk menyempurnakan akhlak. Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (adab)." Hadis ini menegaskan bahwa penyempurnaan karakter adalah misi utama kenabian. Oleh karena itu, adab yang baik merupakan indikator utama kualitas iman seseorang. Seseorang yang rajin beribadah namun perilakunya kasar atau tidak beretika, maka kualitas ibadahnya perlu dipertanyakan kematangannya.
Adab pertama dimulai dari diri sendiri. Seorang Muslim dituntut untuk menjaga kesucian hati, pikiran, dan raganya. Ini mencakup menjaga kebersihan fisik (thaharah), mengendalikan hawa nafsu, bersikap jujur pada diri sendiri, serta selalu melakukan muhasabah (introspeksi). Islam melarang keras sifat berlebih-lebihan, baik dalam hal duniawi maupun spiritual. Adab diri juga berarti menuntut ilmu secara berkelanjutan dan tidak berputus asa dari rahmat Allah.
Ini adalah ranah adab yang paling sering kita temui. Adab sosial mencakup:
Nabi Muhammad SAW adalah teladan sempurna dalam adab sosial. Beliau tidak pernah mencela makanan, tidak pernah memukul seseorang dengan tangan beliau, dan selalu mendahului orang lain dalam memberi salam.
Bahkan dalam melaksanakan ritual ibadah, adab sangat ditekankan. Adab shalat meliputi kekhusyukan, merapikan shaf, menjauhi segala sesuatu yang melalaikan, dan melakukannya dengan penuh rasa takut sekaligus harap kepada Allah. Begitu pula dengan puasa; adabnya adalah menahan diri dari perbuatan buruk selain menahan lapar dan haus. Ibadah tanpa adab hanya akan menjadi gerakan kosong tanpa ruh spiritual yang mendalam.
Ilmu yang tidak diamalkan adalah kesombongan tersembunyi. Adab seorang berilmu adalah mengajarkannya kepada yang membutuhkan tanpa pamrih, mempraktikkan apa yang ia ketahui, dan bersikap rendah hati, sebab ilmu itu hakikatnya adalah titipan Allah. Sementara itu, adab terhadap harta adalah menunaikan hak orang lain melalui zakat dan sedekah, membelanjakannya sesuai kebutuhan (tidak boros dan tidak kikir), serta bersyukur atas nikmat yang diberikan.
Kesimpulannya, adab dalam Islam adalah kerangka etika holistik yang membingkai seluruh aspek kehidupan seorang Muslim. Menguasai adab berarti meneladani sifat-sifat terpuji Rasulullah, menjadikan setiap tindakan sebagai ibadah yang bernilai di sisi Allah SWT. Seorang Muslim yang beradab akan menjadi rahmat bagi lingkungannya dan cerminan indah dari ajaran Islam yang universal.