Memahami Surah Ad Dhuha Ayat 1

Simbolisasi waktu dhuha (pagi hari).

Surah Adh-Dhuha, surat ke-93 dalam Al-Qur'an, merupakan surat yang penuh dengan kehangatan, penghiburan, dan pengingat akan rahmat Allah SWT. Surat ini turun pada saat Nabi Muhammad SAW mengalami periode kesedihan dan jeda wahyu (fatrah al-wahyu), sehingga kehadirannya membawa peneguhan luar biasa bagi Rasulullah dan umatnya. Untuk memahami kedalaman pesan surat ini, kita perlu memulai dari ayat pertamanya.

Fokus pada Ad Dhuha Ayat 1

Ayat pembuka surat ini sangat ringkas namun sarat makna. Berikut adalah lafal aslinya, terjemahan, dan implikasi mendalamnya.

وَٱلضُّحَىٰ (Wal-ḍuḥā) Demi waktu dhuha (ketika matahari naik tinggi).

Sumpah Allah SWT di awal surat ini—"Wal-ḍuḥā"—adalah penegasan yang kuat. Dalam tradisi bahasa Arab, bersumpah dengan suatu waktu atau tempat menunjukkan pentingnya waktu atau tempat tersebut di hadapan Dzat yang bersumpah. Allah SWT memilih waktu Dhuha, yaitu waktu ketika matahari telah naik tinggi setelah terbit, waktu di mana cahaya mulai menyinari bumi dengan penuh kehangatan dan kegembiraan.

Makna Waktu Dhuha

Mengapa Allah bersumpah dengan waktu Dhuha? Ada beberapa penafsiran yang saling melengkapi mengenai keutamaan waktu ini.

1. Waktu Kebangkitan dan Energi

Waktu Dhuha menandai transisi dari kegelapan malam menuju hari yang terang benderang. Ini melambangkan permulaan baru, energi yang terbaharui, dan munculnya harapan setelah masa istirahat. Bagi Nabi Muhammad SAW, sumpah ini menegaskan bahwa kesedihan atau jeda wahyu yang beliau rasakan akan segera digantikan oleh pencerahan dan kejelasan ilahi. Ini adalah janji bahwa masa sulit akan berlalu digantikan oleh kemudahan.

2. Waktu Salat yang Dianjurkan

Dalam ajaran Islam, waktu Dhuha adalah waktu yang sangat dianjurkan untuk melaksanakan salat sunah Dhuha. Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk menjaga salat ini, yang disebutkan sebagai sedekah bagi setiap persendian tubuh. Keutamaan waktu ini tidak hanya bersifat simbolis, tetapi juga praktis dalam kehidupan seorang Muslim. Dengan memulai hari dengan ibadah pada waktu Dhuha, seorang hamba memohon keberkahan dan rezeki dari Allah SWT untuk mengisi hari-hari mereka.

3. Kontras dengan Kegelapan

Sumpah demi waktu terang benderang (Dhuha) seringkali digunakan untuk menguatkan sumpah berikutnya. Dalam konteks Surah Adh-Dhuha, ayat pertama ini disandingkan secara implisit dengan malam hari yang sepi, yang kemungkinan merujuk pada masa-masa kesedihan Nabi. Allah menegaskan, "Aku bersumpah demi waktu Dhuha yang cerah ini, sungguh Aku tidak meninggalkanmu (Muhammad), dan Aku tidak membencimu." Sumpah ini berfungsi sebagai penawar langsung terhadap perasaan ditinggalkan yang sempat dirasakan oleh Rasulullah.

Konteks Penurunan dan Hikmahnya

Ayat 1 ini berfungsi sebagai fondasi bagi seluruh pesan penghiburan dalam surat Adh-Dhuha. Ayat-ayat berikutnya (seperti ayat 4, "Dan sungguh, akhir (hari kemudian) itu lebih baik bagimu daripada permulaan (hari kini)") menjadi logis setelah adanya sumpah pada waktu puncak kecerahan. Ini mengajarkan kita bahwa di balik setiap kesulitan (seperti malam yang gelap), pasti akan ada kemudahan dan kebahagiaan yang lebih besar (seperti terbitnya matahari di waktu Dhuha).

Oleh karena itu, ketika kita merenungkan Ad Dhuha ayat 1, kita tidak hanya melihat deskripsi waktu. Kita melihat janji ilahi tentang konsistensi kasih sayang Allah. Meskipun terkadang terasa seperti sedang berada dalam kegelapan atau jeda dalam doa dan harapan, Allah SWT mengingatkan kita melalui sumpah-Nya pada waktu Dhuha bahwa Dia selalu ada, mengawasi, dan mempersiapkan kemuliaan yang lebih besar di hadapan kita. Memahami ayat ini adalah langkah awal untuk menanamkan rasa optimisme yang bersumber dari keyakinan penuh terhadap janji Sang Pencipta.

🏠 Homepage